Advertorial

Douglas MacArthur, Jenderal Legendaris AS yang Menyerang Irian dengan Korban 'Hanya' 14.000 Pasukan

K. Tatik Wardayati
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Ayahnya seorang kapten angkatan darat, ketika ia dilahirkan 84 tahun berselang. Ibunya bersalin disebuah rumah di tengah-tengah perkampungan militer. Memorinya yang paling pertama dari masa kecilnya ialah suara terompet tentara.

Inilah milieu Douglas MacArthur. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1964.

Kehidupannya selanjutnya sesuai dengan suasana kemiliteraan itu. Ambillah misalnya keberaniannya. Seperti jenderal Erwin Rommel, iapun suka berada di front, di tengat-tengah serdadunya yang lagi bertarung tanpa mengacuhkan bahaya maut. Yang khawatir dan pusing mengambil tindakan keamanan ialah stafnya.

Pada suatu kali penvira intelijennya, major-general Charles A. Willoughby mengecamnya karena telah mengunjungi garis front terdepan, hingga mudah menjadi sasaran peluru musuh. Jawab MacArthur serba lakonik, “Thanks, Charlie, akan tetapi aku tak dapat memerangi mereka kalau tak melihat mereka.”

Baca juga: Douglas McArthur, Sempat Mengundurkan Diri dari Militer AS tapi Justru Menjadi Penentu Kemenangan Perang

Ia mengalami tak kurang daripada 6 peperangan dengan jumlah pertempuran yang tak terhitung banyaknya (perang dunia pertama dan kedua dan kemudian perang Korea sebagai yang terpenting).

Selama setengah lusin peperangan itu tak ada perwira Amerika lain yang pernah dianugerahi begitu banyak bintang untuk keberanian.

Medal of Honor. Distinguished Service Cross - tiga kali. Silver Star-tujuh kali. Distringuished Flying Cross. The Purple Heart - tiga kali. Distinguished Service Medal - lima kali.

Enam puluh bintang Iuar negeri, seperti Croix de Guerre yang didapatkannya ketika ia dimedan perang Perancis ( 1918 ) sebagai seorang kolonel memberikan “personal leardership" dalam salah satu serangan melawan Jerman.

Baca juga: Douglas MacArthur, Pahlawan Besar AS saat Perang Dunia II Namun 'Dipecat' saat Perang Korea

Akan tetapi namanya baru terkenal diseluruh dunia ketika ia berhadapan dengan Jepang. Kita di Indonesia terutama mengenal kariernya setelah Sekutu 1943 berofensif kearah Tokyo. Dan kita kurang mengenal artinya sebagai pemimpin peperangan defensif yaitu di Bataan (Filipina) diawal perang Pasifik, dari Januari sampai April 1942.

Sedangkan tentara Nederlandsch-Indie beberapa hari saja sudah bertekuk lutut (Maret 1942), MacArthur sebagai pemimpin tentara gabungan Amerika-Filipino dapat bertahan 3 buIan lamanya di Bataan.

Bertahan terhadap angkatan Jepang yang jauh lebih kuat, didarat, dilaut maupun di udara.

Cara ia meninggalkari Bataan untuk mempersiapkan ofensif dikemudian hari dari Australia, sungguh karaktetistik bagi pribadinya. Karena bawahannya sudah memperingatkan, bahwa perintah dari Departemen Pertahanan saja tak akan dihiraukannya, President Roossevelt sendiri mesti memberi dia perintah untuk meninggalkan Filipina dan mundur ke Australia.

Baca juga: Terowongan di Bawah Sungai Rhein Saat Perang Dunia Ternyata Tidak Diketahui oleh Sekutu

Ia meninggalkan Filipina pun bukan seperti Belanda di Hindia Belanda atau Inggeris di Singapura; malu dan kuncup. Setiba dipantai Australian ia mengumumkan, bahwa ia diperiniahkan oleh Presidennya untuk menyusun ofensif baru terhadap Jepang, dan tujuan utama dari itu ialah membebaskan Filipina. I shall return. Dan saya akan kembali.

Prestasinya di Bataan dan kepercayaan terhadap dirinya yang besar itu pun mempengaruhi Australia. Sebelum ia datang suasana di Australia pesimis. Dalam tiga minggu orang menduga serangan Jepang. Putus asa. Panik. Bingung. Kedatangan MacArthur segera merubah suasana itu menjadi penuh harapan.

Segala tindakannja mencerminkan kepastian. Memang sifat yang dibutuhkan seorang pemimpin, apalagi dimedan perang.

Begitulah ketika ia meninggalkan kota Brisbane, markas besarnya di Australia, untuk mengikuti tentaranya yang akan mulai berofensif di Irian Timur, ia akhiri sewa kamar hotel. Ia yakin tak akan kembali lagi ke Australia. Dan keyakinan ini ternyata benar kemudian.

Baca juga: Ditugaskan Merebut Irian Barat, Personel Kopaska Tidak Hanya Dibekali Senjata Tapi Juga Kondom, Untuk Apa?

Ketika ia mulai menyerang di Tanah Merah (Irian) ia begitu yakin akan mencapai kemenangan, hingga sebelum menyerang ia sudah suruh menyediakan alat dan bahan untuk membuat eskrim.

Kepercayaan terhadap diri sendiri ini tentu sangat baik bagi moril dan semangat pasukan yang dipimpinnya.

Akan tetapi pribadi yang kuat ini tentu mudah menyebabkan konflik dengan atasannya (jenderal Marshall, kepala staf tentara Amerika) dan kemudian dengari Presiden Truman. Terutama para rekannya merasakan sekali ambisinya yang besaar dan kepala batunya.

Sebaliknya kepandaiannya sebagai ahli perang yang dapat mencapai kemenangan dengan kerugian seminimalnya diakui oleh umum.

Baca juga: Inilah Lembah MiG, Ruang Pertempuran sekaligus Kuburan Pesawat Tempur Sekutu dalam Perang Korea

Misalnya tentang strteginya di kepulauan sebelah timur Irian (kepulauan Admiralties) seorang penulis yang tenang mengakui, bahwa MacArthur berhasil “mempercepat tercapainya kemenangan sedangkan jumlah yang mati dan luka di antara serdadunya dapat dikurangi.” (John Miller Command Decisions, edited by Hanson W. Baldwin, 1959, p.224)

Pihak admiral-admiral Amerika menghendaki serangan pada Jepang secara langsung, dari Hawai terus ke Tokyo. Sebaliknya MacArthur menghendaki rute melalui Irian dan Filipina ke Tokyo. Akhirnya kedua-duanya dijalankan.

Akan tetapi ternyata pilihan MacArthur lebih ringan bagi rakyat Amerika. Dalam operasi di seluruh wilayah Irian, dari tahun 1942 sampai 1944 MacArthur hanya menderita kerugian kira-kira 16.000 pasukan dan 2.500 perwira.

Sedangkan ketika hak armada Amerika merebut pulau-pulau kecil antara Hawaii dan Tokyo, kerugian Amerika pukul rata di setiap pulai (seperti Saipan) sudah kira-kira begitu besar.

Baca juga: Menggunakan Taktik Lucu Sekaligus Nekat, Tentara Turki Berhasil Memenangkan Perang Lawan Inggris dan Sekutunya

Strateginya di wilayah Irian itu mengagumkan karena kecepatannya dan di luar dugaan lawan: menyerang disini, meloncati, lawan di situ (leap frogging), sampai mendarat di Filipina dan dengan bangga dapat mengatakan, “I have returned”, aku telah kembali, sebagai pemenang kali ini.

Kepandaiannya sebagai militer kembali ternyata di medan Perang Korea (1950) ketika ia menyerang lawan-lawannya secara tak terduga, dari belakang, yaitu di Inchon, dan dengan begitu secara cepat dapat merebut Seoul.

Mengapa akhirnya MacArthur diberhentikan oleh Presiden Truman? Bukan terutama karena perbedaan pendapat tentang strategi, melainkan karena kebiasaan MacArthur melampaui Truman dan secara langsung mengemukakan pendapat kepada publik, dan dengan demikian merongrong kewibawaan dan kedudukan Truman.

Ia sangat sayang pada ibunya, yang sakitan. Dalam tahun 1923 dokter mengatakan kepada MacArthur, bahwa ibunya tak bisa hidup lebih dari beberapa hari saja. Setelah menghaturkan terima kasih kepada dokter, ia ke rumah sakit.

Baca juga: Kapal Jepang yang Penumpangnya Tewas oleh Sekutu Itu Akhirnya Menjadi 'Kapal Hantu'

Ia kaget melihat ibunya, tapi toh yakin diagnosa dokter itu salah. Ia lebih mengenal baik semangat bertahan ibunya daripada dokter. Inilah yang dilakukan oleh MacArthur.

“Ketika saya memasuki kamar ibu, saya menepuk bahunya dan bersikap penuh harapan. Saya katakan bahwa saya mempunyai kabar yang terbaik dari sang dokter. Kata dokter, ibu mempunyai jantung yang kuat sekali.

Dan bahwa ibu dapat meninggalkan rumah sakit setiap saat. Tergantung dari kehendak ibu sendiri. Kurang seminggu kemudian ibu sudah pulang, bertentangan dengan ramalan pesimis dari dokter tadi. Ibu masih hidup lima belas tahun lagi.” (Frazier Hunt, dalam The untold story of Douglas MacArthur.)

Bukan saja di medan perang, tapi juga di rumah sakit MacArthur mempraktekkan ajaran Napoleon, bahwa moril, semangat adalah empat kali lebih daripada faktor-faktor lain dikumpulkan jadi satu.

Dalam usia 57 MacArthur menikah dengan nona Jean Marie Faircloth yang baru berusia 35 tahun. Jadi selisih 22 tahun. Ini istrinya yang kedua. Setahun kemudian (1938) lahirnya anaknya satu-satunya, Arthur.

Baca juga: Opsir-Opsir Jepang yang Tiba-Tiba Begitu Baik Hati Ketika Mereka Telah Kalah dari Sekutu

Artikel Terkait