Advertorial

Douglas McArthur, Sempat Mengundurkan Diri dari Militer AS tapi Justru Menjadi Penentu Kemenangan Perang

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com -Douglas MacArthur adalah jenderal Amerika yang memainkan peran terbesar dalam Perang Dunia II.

Ia terlibat mulai dari awal perang hingga memimpin upacara menyerahnya Jepang di atas kapal perang USS Missouri pada 2 November 1945.

Ia juga menjadi panglima pendudukan di Jepang dan berhasil membawa demokrasi serta merekontruksi negeri matahari terbit itu.

MacArthur lahir di asrama tentara di Little Rock, Arkansas, pada 16 Januari 1880.

(Baca juga:Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)

(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

(Baca juga:Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

Ayahnya adalah seorang perwira militer yang sukses, Jenderal Arthur MacArthur (meninggal 1912) yang pernah memimpin pendudukan AS di Filipina.

Uniknya, tatkala Jepang memulai perang, saat it, seperti ayahnya, Douglas MacArthur sedang menjabat sebagai Panglima AD (US Army) di Timur Jauh yang berkedudukan di Filipina.

Sebelumnya MacArthur antara lain bertugas dalam PDI melawan Jerman, kemudian dikirim ke Filipina untuk menyusun pertahanan negeri itu sebelum mendapat kemerdekaannya.

Tahun 1937 MacArthur sempat mundur dari US Army sebagai protes karena dirinya dipindahkan dari Filipina sementara tugasnya sebenarnya belum rampung.

Namun ketika ketegangan dengan Jepang semakin meninggi, tahun 1941 ia dipanggil lagi untuk menjadi panglima di Timur Jauh.

Sewaktu Jepang menginvasi Filipina, MacArthur dengan gemilang memimpin perlawanan serta menyiapkan pertahanan di Bataan dan Teluk Manila.

Tapi demi keselamatan MacArthur, Presiden AS Roosevelt kemudian memerintahkannya untuk meninggalkan Filipina menuju ke Australia.

Dari Australia MacArthur kemudian menyusun lagi kekuatan pasukan Sekutu dan akhirnya berhasil merebut Filipina dari pasukan Jepang.

Pasca PD II, MacArthur terjun lagi dalam Perang Korea (1950-1953) untuk memimpin pasukan PBB dan berhasil memukul mundur pasukan Korea Utara dari wilayah Korea Selatan.

(Baca juga:Kisah Pilu Marina Chapman: Dibuang ke Hutan, Dirawat Kera, Lalu Dijadikan Budak Seks)

(Baca juga:Kerahkan Jet Siluman Dalam Jumlah Besar, Sinyal Amerika Sedang Siapkan Serangan Dadakan Ke Korut)

Korut yang kemudian dibantu oleh China, membuat MacArthur berencana melancarkan serangan langsung ke China.

Tapi rencana MacArthur itu ternyata bertentangan dengan Presiden AS saat itu Harry Truman mengingat ekalasi peperangan bisa meluas dan makin tak terkendali.

Truman lalu mencopot MacArthur dan jenderal yang sudah kenyang pengalaman perang ini pun kembali ke AS.

Ketika kembali ke AS, MacArthur disambut sebagai pahlawan oleh rakyat AS.

Dalam pidato perpisahan di Kongres, ia menutupnya dengan kata-kata yang sangat terkenal dan sangat legendaris hingga saat ini; “Old soldiers never die, they just fade away.”

MacArthur meninggal pada 5 April 1964 dan dikenal sebagai tokoh kontroversial, arogan, namun mampu membuktikan diri sebagai salah satu jenderal terhebat dalam sejarah peperangan.

Artikel Terkait