Intisari-Online.com - Untuk menghadapi atau menangkis rudal jelajah antar benua (ICBM) yang diluncurkan dari daratan Korea Utara menuju daratan Amerika Serikat, militer AS sudah menyediakan penawarnya.
(Baca juga: Mirip Gaya Cowboy, AS Ajak Korut Berunding Sambil Kirim Pesawat Pengebom Nuklir ke Korsel)
Ketika rudal ICBM baru saja diluncurkan dari daratan Korut, rudal jelajah itu akan disergap oleh sistem persenjataan anti rudal, Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang sudah digelar oleh militer AS di daratan Korsel.
Jika sergapan yang dilaksanakan oleh THAAD sukses maka rudal ICBM bisa jatuh di daratan Korut atau di perairan Semenanjung Korea.
Tapi jika ICBM Korut yang sedang meluncur lolos dan terbang di atas Laut Pasifik, ia akan dihancurkan oleh sistem penangkis rudal yang sudah disiagakan di kapal-kapal perang AS.
(Baca juga: Uji Coba Rudal Tunjukkan bahwa Korut Sangat Ingin Berperang, tapi AS Justru Ingin Berbisnis)
Kapal-kapal perang AS yang digelar di Laut Pasifik itu bisa menembak jatuh rudal atau menghancurkan rudal di udara karena dilengkapi sistem pencegat rudal, Aegis Ballistic Missile Defense System (ABMD).
Tapi jika rudal ICBM Korut berhasil lolos dari sergapan THAAD dan ABMD serta sampai di daratan AS, ia akan dicegat oleh persenjataan antirudal yang sudah digelar dalam jumlah besar, yakni Patriot.
Namun jika tiga jenis persenjataan antirudal itu gagal menyergap rudal ICBM Korut, pemerintah AS paling tidak sudah menggelar latihan penyelamatan untuk menghadapi serangan rudal Korut, termasuk rudal Nuklir.
Artinya melalui pelatihan itu pemerintah AS sebenarnya “tidak yakin” jika persenjataan canggihnya bisa menangkis rudal ICBM Korut.
Yang jelas jika sampai daratan AS bisa diserang rudal Korut, semua jenis sistem pertahanan antirudal yang sudah digelar dan nilainya mencapai triliunan rupiah tersebut jadi percuma.
Misalnya sistem antirudal THAAD gagal mencegat rudal ICBM Korut, maka alat itu akan menjadi peralatan tempur mubazir mengingat satu unitnya berharga Rp13 trilliun.