Intisari-Online.com - Aksi peretasan situs Telkomsel menjadi perbincangan netizen Indonesia. Merujuk pada situs Google Trends, diketahui bahwa pencarian dengan kata kunci “Telkomsel” sudah lebih dari 200.000 kali.
(Baca juga: Situs Telkomsel Dibobol ‘Hacker’, Mengkritik Harga Kuota Internet Telkomsel yang Dianggap Mahal)
Tentu saja topik penting dari peretasan tersebut adalah terkait pesan yang disampaikan oleh peretas, yaitu mengenai harga paket internet Telkomsel yang dianggap mahal oleh para peretas.
Soal tarif Telkomsel yang “mahal” ini, sebenarnya pernah menjadi perbincangan serius pada pertengahan hingga akhir Juni 2016. Hal tersebut berawal dari sindirian yang dilakukan oleh kompetitor Telkomsel, Indosat melalui sebuah spanduk.
(Baca juga: Situs Telkomsel Diretas: Inilah Daftar Harga Paket Internet Telkomsel yang Dikritik ‘Hacker’)
Sekadar mengingat kembali, berikut ini Intisari memuat ulang artikel kompas.com berjudul Kegaduhan "Perang Harga" Indosat Versus Telkomsel yang dditulis oleh Oik Yusuf yang tayang pada 10 Juni 2016.
--
Perang harga bukan hal baru bagi operator-operator seluler Tanah Air. Dekade lalu, misalnya, persaingan keras mereka membuahkan tarif voice dan SMS ekstra murah untuk pelanggan. Aneka iklan yang melontarkan sindiran terhadap pesaing pun bertebaran.
Pekan lalu, wacana perang harga kembali mengemuka seiring beredarnya foto yang memperlihatkan sekelompok orang mengusung atribut iklan Indosat Ooredoo dalam sebuah kegiatan.
Hal yang menjadi masalah, dalam gambar yang ramai beredar di media sosial itu, tampak spanduk dan poster berisi kalimat yang menyerang tarif operator seluler lain, yakni Telkomsel.
"Cuma IM3 Ooredoo nelpon Rp 1/ detik, Telkomsel? Gak mungkin," bunyi tulisan yang tertera di spanduk. Poster-poster berisi kalimat serupa yaitu "Saya sudah buktikan nelpon ke Telkomsel Rp 1/ detik".
Saat dikonfirmasi oleh KompasTekno, Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Alex Rusli membenarkan bahwa foto-foto spanduk Indosat yang menyerang Telkomsel memang asli dan benar-benar ada.
Hanya saja, menurut dia, kegiatan itu bukan kampanye iklan, melainkan kampanye Below The Line. “Hanya aktivitas akuisisi saja, event di booth,” ujarnya.
Alex juga mengatakan, strategi Indosat Ooredoo di daerah yang menjadi lokasi kampanye BTL tersebut bukanlah melancarkan perang harga terhadap pesaing, tetapi ia enggan berkomentar saat ditanya lebih lanjut soal persaingan dimaksud.
Menolak disebut mahal
Saat dihubungi secara terpisah, Vice President Corporat Communications Telkomsel Adita Irawati menolak anggapan bahwa pihaknya mengenakan tarif mahal kepada pelanggan seperti yang dituduhkan oleh kampanye Indosat.
Telkomsel, menurut dia, menyediakan berbagai pilihan paket yang bisa dipilih sesuai kebutuhan masing-masing pelanggan.
“Pelanggan pun setiap saat bisa mengecek biaya pemakaian. Soal layanan data, kami juga memberi paket sesuai kebutuhan pelanggan. Informasi harga paket juga disampaikan sebelum transaksi pembelian,” kata Adita melalui keterangan tertulis.
Dia turut mengatakan bahwa persaingan bisnis adalah hal yang wajar-wajar saja terjadi, tetapi mestinya bisa dijaga agar tetap santun dan tidak merugikan masyarakat.
“Dalam berkomunikasi dengan khalayak, kami juga selalu berpegang pada norma dan etika serta menghormati pihak lain,” imbuh Adita.
Di sisi lain, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyangsikan tarif murah yang dikampanyekan oleh pihak Indosat dalam foto terkait.
Menurut dia, meski terdengar menggiurkan bagi pelanggan, tarif telepon Rp1 per detik nantinya belum tentu berakibat baik bagi usaha Indosat Ooredoo.
“Itu benar enggak dengan tarif itu (Rp1 per detik) bisa sustainable bisnisnya?” tanya pria yang kerap disapa Chief RA ini saat dijumpai di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jumat (17/6/2016).