Keempat, honest and sincere (jujur dan tulus), bukan hanya menyangkut masalah keuangan,tapi terhadap pelanggan pun harus begitu.
Kelima, fun, kita harus gembira, ceria saja. Canda ria boleh, tapi ketika kerja serius, harus sungguh-sungguh.
Dalam kurun waktu lima tahun, tiga kali Bambang berganti mitra usaha. "Anehnya, nilai quality dan discipline rata-rata bagus, tapi jeblok pada trust dan honest and sincere, walau bagus pada fun. Jadi, dari lima, dua jeblok."
Meski kelima nilai itu pada awalnya disepakati, nilai honest and sincere membikin trust rontok. Biasanya, dipicu oleh masalah keuangan. Yang jadi korban kemudian selalu anak buah.
"Padahal, orang kerja harus dibayar sebelum keringatnya kering," kata Bambang. Terlambatnya pembayaran honor ini mempengaruhi kualitas kerja, sehingga berdampak pada kepuasan klien.
Ulah mitranya itu membahayakan kelangsungan usaha. Maka, setelah tiga kali ditegur tak mempan, Bambang memutuskan kerja sama berakhir saja.
Harus rasional
Karena itu sebaiknya, Arief jangan terlalu cepat percaya, walau sang partner teman lama.
Untuk menjaga trust dan honest and sincere, Bambang menyitir nasihat para kiai bahwa mengenai seseorang bukan sekadar mengenai nama, keluarga, pekerjaan, atau keahliannya. Yang terpenting kita pernah jalan bersama.
"Dalam konteks ini saya menafsirkan, jalan bersama dalam hubungan soal keuangan, baru ketahuan watak aslinya," imbuh doktor dari Pasific Western University, Los Angeles, AS, ini.
Lalu, bagaimana cara menghindarinya?
Bambang jadi serius. "Suatu bentuk kerja sama bisnis harus seratus persen rasional di awalnya. Jangan ada unsur emosional, misalnya senang pada orangnya, pada cara bicaranya, dan sebagainya."
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR