Advertorial

Dalam Balutan Sutra dan Lantunan Seruling, Pendekar Legendaris Ini Simpan Pedang 'Haus Darah'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Karena seorang putra tidak diizinkan hidup di bawah langit yang sama dengan pembunuh ayahnya.  Maka yang akan dilakukan Yoshitsune adalah kabar buruk.
Karena seorang putra tidak diizinkan hidup di bawah langit yang sama dengan pembunuh ayahnya. Maka yang akan dilakukan Yoshitsune adalah kabar buruk.

Intisari-Online.com-Yoshitsune adalah seorang pendekar pedang legendaris yang hidup pada abad ke-12 dari klan Genji dan komandan militer pada akhir zaman Heian hingga awal periode Kamakura.

Dia menjadi pejuang yang menggulingkan pengaruh kekuasaan klan Heike yang dianggap tidak berhak atas tahta kekaisaran.

Berjalan mengenakan sutra halus sembari memainkan seruling,Yoshitsune ini tampak cukup polos.

Namun siapa sangka Yoshitsune sangat berbahaya bagi pihak yang berseberangan dengannya.

Baca Juga:56 Tahun Kartosoewirjo Divonis Mati: Tangis Bung Karno saat Tanda Tangani SK Hukuman Mati Sahabatnya Sendiri

Ketika dia masih kecil, Ushiwaka (yang nantinya dipanggil Yoshitsune) tinggal di sebuah kuil di Gunung Kurama.

Di sana, dia hidup bahagia dan menjadi anak yang baik.

Ushiwaka mempelajari ajaran sakral di kuil bahkan dianggap akan menjadi pendeta pada satu hari.

Tetapi takdir melakukan intervensi, dan pada usia 15 tahun ada perubahan besar dalam kehidupan Ushiwaka.

Baca Juga:Setelah Terbang Sejauh 2.200 Km, Pria Ini Baru Sadar Kalau Salah Naik Pesawat

Pada usia 11 tahun, anak lelaki lainnya berhasil melarikan diri dari para pengejarnya dan bersembunyi di kuil.

Dia kabur dengan dendam dan pikian tidak tenang karena tuannya telah dibunuh oleh klan Heike.

Pemuda itu melanjutkan perjalanan melelahkan yang membawanya ke Kyoto.

Dia sangat ingin membalas dendam pada klan Heike, jadi, ketika dia mengetahui bahwa putra dari mantan gurunya berada di kuil Kurama, dia segera berangkat ke sana.

Baca Juga:Mahasiswa Papua Bentrok dengan Ormas karena Tolak Pasang Bendera: Benarkah Kita Wajib Pasang Bendera?

Putra Tuan adalah Ushikawa

Pemuda itu tiba di kuil dan memberi tahu Ushiwaka tentang pembunuhan itu.

Dia juga mengatakan bahwa itu adalah tugas Ushiwaka untuk membalas kematian ayahnya.

Ushiwaka mendengarkan seluruh cerita dengan kaget karena tidak ada seorang pun di kuil yang memberitahunya tentang nasib ayahnya.

Dia belum mendengar tentang kematian tragis Yoritomo, atau kesulitan Nyoman Tokiwa atau keadaan menyedihkan dari keluarga sejatinya, klan Genji yang sekarang dilecehkan oleh musuh bebuyutannya.

Karena seorang putra tidak diizinkan hidup di bawah langit yang sama dengan pembunuh ayahnya.

Baca Juga:Kisah Haru Anak Penjual Lontong yang Dilantik Jokowi Menjadi Paskibraka 2018

Ushiwaka menjadi marah dan dia juga mulai menanam dendam.

Ushiwaka kemudian meninggalkan ajaran suci dan menyembunyikan senjatanya di hutan belakang kuil.

Pada malam hari dia pergi ke sana untuk berlatih.

Sebelum meraih pedang di tangannya, dia akan berdoa kepada para dewa untuk memberinya kekuatan untuk membalas dendam pada klan Heike dan mendapatkan kedamaian bagi roh ayahnya.

Baca Juga:Sudah Diciduk, Inilah 7 Fakta yang Terungkap dari Sekte Kerajaan Ubur-Ubur

Takdir dan Nama Baru

Pihak kuil akhirnya mengetahui latihan diam-diam yang dilakukan Ushikawa dan memilih untuk mengirimnya ke kuil lain di dekatnya.

Di sana, Ushiwaka beruntung bertemu seorang pedagang yang mendukung klan Genji.

Dengan bantuannya, pemuda itu melarikan diri dari kuil dan mulai tinggal di provinsi Oshu.

Baca Juga:Hiroo Onoda, Tentara Jepang yang 29 Tahun Bergerilya di Hutan Seorang Diri karena Menolak Menyerah pada Sekutu

Fujiwara Hidehira yang juga mendukung gen Genji adalah gubernur di sana dan itu saat bagi Ushikawa mengubah namanya menjadi Yoshitsune.

Jendral berjanji pada Yoshitsune bahwa dia akan menawarkan bantuan ketika dia harus bertarung.

Namun karena tidak sabar, Yoshitsune pergi ke Kyoto tanpa seizin jenderal.

Dia melakukan banyak petualangan dengan mengenakan sutra halus dan memainkan seruling tanpa ada yang mengetahui akan pedang yang disimpannya.

Baca Juga:‘Kok Tega Sekali Dia Bunuh Anak Saya? Kenapa Tidak Manusiawi Sekali, Kasihan Anakku..’

Yoshitsune mulai melakukan kampanye untuk mendapat banyak bantuan di pihaknya, termasuk bantuan para daimyo.

Dengan itu mereka bersama-sama menyerang klan Heike pada pertempuran Dan-no-ura dan dapat menghancurkan musuh.

Klan Genji pun memperluas kekuatannya, namun menurut legenda Yoshitsune kemudian dibuang dan dibunuh oleh salah satu sekutunya tersebut.

Baca Juga:Jepang Aktifkan Kembali Pasukan Elit di Perang Dunia II, Bersiap Melawan China?

Artikel Terkait