Intisari-Online.com -Serangan teroris dengan pola menabrakan mobil ke kerumunan pejalan kaki kembali terjadi. Kini bertempatdi Drottninggatan, Stockholm, Swedia, Jumat (7/4/2017). Akibatnya sejumlah orang luka-luka dan lima lainnya tewas.
(Baca juga: Serangan Truk Stockholm Menewaskan 4 Orang dan Melukai 15 Lainnya, Apakah Ini Aksi Teroris?)
Seperti serangan teroris di London, Inggris (Rabu 22/3) , pelaku melakukan serangannya di kota yang menjadi simbol negara. Stockholm adalah ibukota Swedia dan serangan teror dalam bentuk apapun, di lokasi manapun, yang penting terjadi di sebuah ibukota, beritanya akan langsung mendunia.
Serangan teror di Stockholm ini sekaligus juga merupakan ‘’bahasa kode’’ atau pesan berantai bagi para teroris lainnya untuk melancarkan serangan serupa di negara-negara Eropa dan AS.
(Baca juga: Dibandingkan Bom yang Digunakan Teroris, Jumlah Bom yang Dilepaskan Militer AS Jauh Lebih Mematikan)
Aksi terorisme di Swedia itu bisa dikatakan sebagai respon jaringan terorisme internasional setelah sebelumya para teroris menyerang Rusia, London, Paris, dan Jerman.
Untuk mencari jawaban kenapa Swedia diserang oleh teroris cukup mudah. Pasalnya di balik semua serangan teroris di negara-negara Eropa dan AS itu selalu berkaitan dengan konflik yang terjadi di Suriah, Irak, Afghanistan, dan Lybia.
Dalam kancah politik internasional, Swedia dari dulu sejak PD I dan PD II termasuk negara netral. Tapi kekuatan militernya cenderung sangat akrab dengan NATO dan AS serta kerap melakukan latihan tempur bersama. Latihan perang bareng itu bertajuk Red Flag and Cold Response.
(Baca juga: Awas! Teroris Sedang Mengincar Kota-Kota Besar Sebagai Simbol Negara)
Swedia juga merupakan negara produsen persenjataan yang potensial, seperti jet tempur Gripen yang telah terjual di berbagai negara.
Sejumlah jet tempur Gripen Swedia juga pernah dikirim untuk melaksanakan misi tempur ke Lybia, Operation Odyssey Dawn (2011) demi mendukung operasi tempur pesawat-pesawat NATO.
Serangan teroris di Stockholm itu jelas merupakan serangan terencana ala taktik tempur pasukan gerilya, hit and run.
Teroris merebut atau mencuri truk pengangkut bir lalu menabrakkan diri ke tempat perbelanjaan yang selalu ramai orang.
Pelaku paham minuman bir mengandung alkohol dan bisa menimbulkan ledakan hebat jika jumlahnya besar saat ditabrakkan.