Intisari-online.com - Akhir-akhir ini telah terjadi perkembangan baru dalam aksi terorisme dengan pelaku tunggal.
Kejadian teror di Perancis pada Minggu (19/3/2017), teror bom panci di Bandung, Senin (27/2/2017), dan pelaku penusukan 5 polisi di Tangerang (20/10/2016) jelas-jelas menunjukkan bahwa pelaku teror adalah tunggal.
Meskipun begitu, para pelaku tunggal itu awalnya merupakan salah satu anggota kelompok teroris tertentu.
Munculnya pelaku tunggal dalam tindak terorisme ini mengindikasikan bahwa indoktrinisasi para kelompok teroris kepada calon teroris tunggal melalui media sosial sudah berjalan efektif.
Lewat media sosial seseorang memang lebih mudah dipengaruhi untuk jadi teroris dengan biaya murah.
Bisa dikatakan murah karena seseorang yang sudah terindoktrinisasi terorisme bisa melakukan serangan terencana dengan modal minim dan nekad.
Ia tak perlu merangkai bom atau membuat bahan peledak berdaya ledak tinggi karena butuh waktu dan biaya serta kerja sama dengan orang lain.
Jika perlu, ia cukup mencuri kendaraan dan menabrakkan diri ke kerumunan orang seperti serangan truk di Nice, Perancis (15/7/2016).
Berkat modal indoktrinisasi terorisme yang sudah tertanam di dalam dirinya, ia bisa menyerang sasaran yang dianggapnya musuh menggunakan sebilah pisau, peledak berdaya rendah,bahkan kalau perlu merebut senjata dari aparat keamanan.
Tujuan utama teroris individu umumnya menyerang sasaran yang dianggapnya potensial tanpa mempedulikan dirinya tewas.
Pasalnya kematian bagi dirinya sesuai keyakinan indoktrinisasi merupakan tindakan mulia dan harus dicontoh oleh para calon teroris lainnya.
Namun sesungguhnya aksi nekad teroris tunggal itu juga selalu dipantau oleh kelompok teroris besar lainnya.
Tujuan utamanya adalah memantau sejauh mana efek teroris tunggal itu diliput media massa dan tanggapan dari pemerintah negara bersangkutan.
Jika aksi teroris tunggal itu menimbulkan efek trauma dan ketakutan secara nasional bahkan internasional para kelompok teroris itu pasti bertepuk tangan.
Mencegah aksi teroris tunggal dengan taktik serangan bunuh diri memang sangat sulit dan umumnya pelaku tewas terbunuh oleh bom yang dibawa atau ditembak mati aparat.
Upaya untuk mengembangkan kasus pun jadi lenyap.
(Amankah Menelan Cairan Vagina Selama Seks Oral?)
Lalu bagaimana mencegahnya? Semua sangat tergantung peran keluarga.
Keluarga-keluarga harus membiasakan diri mengontrol anggota keluarganya. Saling sapa satu-sama lain, dan saling care satu sama lain adalah kunci pencegahnya.
Masing-masing anggota keluarga yang saat ini sangat lekat dengan dunia gadget harus saling berusaha mencairkan suasana dan saling care.