Baca Juga: Waspadalah! Seperti Inilah Ciri-ciri Umum Predator Seksual, Mereka Mungkin Ada di Sekitar Kita
Ventilasi yang buruk serta tempat tinggal sempit memperparah keadaannya.
Orang tua, muda dan anak-anak kecil menjadi korban gelombang panas. Bayi-bayi menangis sepanjang malam, atau tidak bisa bangun sama sekali.
Mereka tidak hanya meninggal karena serangan panas langsung, tetapi juga kelelahan saat berusaha melarikan diri dari udara yang terik.
Selain itu, sekitar 200 orang meninggal akibat tenggelam di laut, kolam, sungai, dan danau, dalam upayanya menyegarkan tubuh.
Baca Juga: Dari Churchill hingga Montgomery, Siapa Jenderal-jenderal Terpandai Selama Perang Dunia II?
Selain manusia, kuda-kuda juga mati dan dibiarkan membusuk di sepanjang jalan.
Saat udara panas mencapai puncaknya, para penduduk meninggalkan apartemen mereka dan tidur di rumput yang dingin.
Mereka tidur siang di bawah pohon di taman Central Park dan mencari keteduhan di Battery Park.
Di Boston, sekitar lima ribu orang memilih menghabiskan malam di Boston Common dan menghindari risiko mati lemas di rumah mereka sendiri.
Di Hartford, Connecticut, orang-orang berkeliling dengan kapal feri demi mendapatkan angin.
Perusahaan bir lokal menyumbangkan satu tong air untuk taman.
Pemerintah kota juga telah berusaha melakukan apa yang mereka bisa untuk mengatasi serangan panas. Termasuk menyiram air ke jalanan.
Sekitar tanggal 13 Juli, badai besar yang menyerang AS, akhirnya membawa suhu kembali ke tahap normal dan gelombang panas pun berakhir.
Namun, lima orang meninggal akibat tersambar petir.
Artikel ini pernah tayang di Nationalgeographic.grid.id dengan judul "Gelombang Panas 1911 yang Mematikan dan Membuat Gila Banyak Orang"
Source | : | national geographic indonesia |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR