Advertorial
Intisari-Online.com- Kelihatannya, manusia bukanlah makhluk yang tangguh jika dibandingkan dengan makhluk hidup atau satwa buas lainnya.
Namun, sebuah penelitian baru menyoroti salah satu 'senjata' terkuat manusia.
Yakni bahwa manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan dalam segala keadaan lingkungan.
Hewan-hewan lain mungkin memang lebih kuat, tangguh, dan cepat berlari daripada manusia, namun mereka tidak memiliki kemampuan luar biasa layaknya manusia.
Baca Juga:Rumah Tua Ini Terlihat Terbengkalai dan Ditinggalkan, Namun Lihatlah Apa yang Ada di Dalamnya
Misalnya saja, jika manusia terancam oleh hewan, mengalami hasil panen yang buruk, bencana alam, atau masalah lain di wilayahnya, mereka dapat pergi dengan mudah.
Lebih jauh, tidak hanya dari satu wilayah subur ke wilayah subur lainnya, namun bahkan ke wilayah berkondisi ekstrim seperti gunung dan gurun.
Dilansir dari Popular Mechanics, Dr. Patrick Roberts dari Max Planck Institute, penulis utama studi ini mengatakan bahwa nenek moyang kita dulu tinggal di lingkungan yang ekstrem.
Roberts dan timnya menganalisis dataset arkeologi dan palaeoenvironmental yang berkaitan dengan era Pleistocene Tengah dan Akhir, antara 300 dan 12 ribu tahun yang lalu.
Baca Juga:Sambut HUT RI, Polisi Gratiskan Pembuatan SIM Baru, Tapi Ada Syaratnya
Kondisi lingkungan yang dihadapi manusia purba, seperti Homo neanderthalensis dan Homo erectus adalah ekstrem.
Neanderthal terbukti mampu bertahan dalam beberapa tingkat keragaman iklim dan Homo sapiens menjadi tahapan berikutnya dari evolusi.
Setidaknya 45.000 tahun yang lalu, manusia purba belajar dengan cepat untuk menghuni kondisi palaeoarctic dan kondisi hutan hujan tropis di berbagai macam daratan.
Ini termasuk Asia, Kepulauan Fiji, Amerika, India utara, Tibet, Afrika Utara dan Semenanjung Arab.
Membentuk Komunitas
Roberts dan rekan penulisnya Brian Stewart menunjukkan bahwa keberhasilan ini sebagian dibantu oleh kemampuan manusia untuk membentuk komunitas.
Berbagi makanan antara non-kerabat, misalnya, adalah adaptasi awal yang terbukti sangat penting untuk keberhasilan bertahan hidup Homo Sapiens.
Memiliki pengetahuan dan berbagi dengan yang lain memunculkan ikatan sosial yang dapat memperkuat berlangsungnya kehidupan dalam lingkungan yang sulit.
Baca Juga:Dihukum Seumur Hidup, Remaja 18 Tahun Ini Jadi Wanita Termuda yang Dipenjara dalam Kasus Terorisme
Sebuah situs gua tunggal di Kenya ungkap fosil yang berusia 78.000 tahun melalui Zaman Es.
Fosil tersebut sekaligus menunjukkan keterampilan manusia awal untuk menggunakan alat yang berkembang dari waktu ke waktu.
Bagi Roberts dan Stewart, temuan semacam itu menunjukkan bagaimana seringnya masyarakat dahulu berinteraksi.
Tentu saja, temuan ini memiliki implikasi lain: Kemanusiaan telah mengambil langkah pertama ke ambang batas ekologis lainnya.
Yakni bahwa dengan ikatan kuat yang dibangun manusia, kita akan dapat melewati fenomena atau masa sulit nantinya, seperti dalam isu pemanasan global.
Baca Juga:Unik! Pria Ini Dirikan Negaranya Sendiri, Termasuk Bendera, Semboyan, dan Kementeriannya