Maaf tak akan cukup
Berita penangkapan Dana ternyata menuai pro dan kontra. Seorang rekan kerja Dana, Dave Dressecker, mengungkapkan bahwa ia mengenal Dana sebagai pribadi yang rajin bekerja dan senang membantu orang lain. Dave tak percaya kalau Dana adalah pembunuh berantai.
“Dana yang saya kenal adalah seorang wanita yang baik hati,” kata Dressecker.
Cedric Ward, kakak laki-laki berbeda ibu dengan Dana, ikut angkat bicara. Ia mengisahkan masa kecil mereka yang tidak bahagia meski berasal dari keluarga kaya raya.
Dia berkata dirinyalah yang membesarkan Dana setelah sang ibu meninggal dunia akibat kanker. Yang menarik dari pernyataan Cedric adalah dia mengaku sudah melihat perilaku sang adik yang silau dengan uang dan barang-barang mahal sejak kecil.
Di akhir persidangan, Jaksa Richard Bentley mengajukan hukuman maksimal yakni hukuman mati dengan eksekusi di dalam kamar gas bagi Dana. Di sisi lain, pengacara Gray, Stuart Sachs, mengundang beberapa ahli kesehatan mental untuk melakukan pemeriksaan psikologis terhadap Dana.
Sachs berharap hasil pemeriksaan itu bisa mendukung keyakinannya bahwa Dana sedang berada dalam kondisi kurang waras saat ia menghabisi korban-korbannya.
Dr. Lorna Forbes, salah seorang psikiater yang memeriksa kondisi Dana menyatakan, pengalaman masa lalu Dana yang traumatis seperti perceraiannya dengan mantan suaminya, kehamilan pertamanya yang mengalami keguguran, serta utang yang melilit akibat dirinya kehilangan pekerjaan menjadi faktor yang kuat dan bisa memicunya melakukan aksi pembunuhan di luar akal sehatnya.
Di sisi jaksa penuntut, seorang psikiater lain, Dr. Martha Rogers, menyatakan bahwa Dana yang mengaku kehilangan akal sehatnya saat melakukan aksi pembunuhan sebenarnya justru melancarkan aksinya dengan penuh perencanaan.
Hal ini bisa terlihat dari pemilihan korban yang memiliki latar belakang, usia, serta kondisi yang serupa serta waktu dan lokasi korban yang masih berada di satu area.
Perilakunya yang impulsif yakni pergi berbelanja ke mal begitu dia selesai menghabisi nyawa korbannya juga membuktikan bahwa Dana mampu berpikir waras dan secara sadar secepatnya menggunakan kartu kredit yang baru diperolehnya dengan cara mengambil nyawa orang lain.
Agen Braidhill yang menangani kasus ini akhirnya menyimpulkan bahwa aksi nekat Dana dilatari oleh tiga hal: nafsu akan uang, kekuasaan, dan pelampiasan rasa kecewa serta kemarahan atas penderitaan hidup. Bukti-bukti lain yang memberatkan Dana juga semakin banyak.
Mulai dari bukti penggunaan kartu kredit, kesaksian pegawai bank yang membantu dia mencairkan uang, hingga kesaksian Dorinda sebagai korban selamat.
Pada tanggal 9 September 1998, Dana yang pada saat itu berusia 40 tahun akhirnya mengaku bersalah membunuh dua perempuan lanjut usia dan melakukan percobaan pembunuhan kepada seorang lagi.
Khusus untuk kasus Norma Davis, polisi tidak berhasil membuktikan bahwa Dana berada di sana pada waktu kejadian sehingga tuntutan pembunuhan terpaksa dicabut.
Atas pengakuannya ini, maka Dana diganjar hukuman penjara seumur hidup dan terhindar eksekusi mati di kamar gas. Kepada media, Stuart Sachs menyatakan bahwa pengakuan bersalah ini akhirnya diambil sebagai jalan aman untuk menghindari hukuman mati yang lebih keji.
Kepada harian Press Enterprise, Dana menyatakan, “Hidup dan karier saya sebenarnya mulai membaik. Tetapi pengalaman hidup yang berbelok drastis dari jalurnya membuat saya telah kehilangan pegangan. Saya minta maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat luas dan keluarga yang ditinggalkan meskipun saya tahu kata maaf takkan pernah cukup.
Saya akan menanggung rasa bersalah ini seumur hidup saya.” (Novani Nugrahani)
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR