Intisari-Online.com – Di pantai Porto Torres yang hangat oleh cahaya matahari dan di barbar kota pelabuhan di Sardinia itu, percakapan pelaut-pelaut dan nelayan-nelayan cuma tentang satu hal: harta karun Marsekal Rommel.
Harta yang tidak terkira nilainya itu mungkin letaknya cuma beberapa ratus meter saja dari pantai, 100 meter di bawah permukaan air laut.
Gossip perihal ini dimulai ketika seorang nelayan koral Italia, Bruno Pietrangeli menemukan reruntuhan sebuah kapal selam yang tenggelam kira-kira 20 km di Timur Laut Cape Testa, beberapa bulan yang lalu.
Harta karun Marsekal Rommel memang terkenal. Cuma orang tidak tahu dengan tepat dimana harta itu disembunyikan.
Baca juga: Bukan dengan Siksaan, Pria Ini Justru Interogasi Tahanan Nazi dengan Lelucon & Candaan
Pada bulan September 1943, pasukan-pasukan Rommel terdesak ke Utara, sampai memasuki Tunisia berkat serbuan dari pasukan-pasukan Inggeris yang dipimpin oleh Jenderal Montgomery.
Hitler mengirimkan perintah dari Berlin: Lebih baik mati daripada menyerahkan satu inci tanah. Tetapi balabantuan bagi Rommel tidak berhasil didatangkan. Panser-panser Jerman kekurangan bahan bakar dan Rommel segera mendapatkan dirinya terkurung.
Tanggal 29 September tahun itu, pemborong bangunan bernama Vicente Carratala menemukan mayat seorang pelaut Jerman di pantai Alicante, Spanyol. Pada hari itu juga laut mendamparkan 40 tubuh lain ke pantai.
Semua mayat itu tadinya awak sebuah kapal selam yang tidak terdaftar, yang berlayar beberapa hari sebelumnya dari Tunisia untuk menjalankan misi khusus. Tetapi dalam perjalanannya, kapal selam itu kena torpedo Inggeris dan hanya 6 awak yang selamat.
Kapal selam itu membawa harta hasil rampasan Afrika Korps. Harta itu nilainya jutaan pon, terdiri dari emas dan permata yang dirajah secara sistimatis dari pribadi-pribadi dan dari bank-bank di Afrika Utara.
Marsekal Rommel menyuruh agar harta ini dimasukkan ke dalam sepuluh peti besar yang disegel dan dibawa ke Jerman. Tetapi ketika keadaan menggawat sehingga pengangkutan ke Jerman tidak mungkin, si "Rubah Gurun" memerintahkan agar peti-peti ini ditenggelamkan saja ke sebuah "plateau" (dataran yang meninggi) di laut sekitar Corsica atau Sardinia.
Tigapuluh dua tahun kemudian, peti-peti misterius yang lenyap entah kemana pada suatu malam di tahun 1943 itu ternyata sanggup menimbulkan kembali semangat orang untuk memperolehnya. Kapal-kapal dan kapal-kapal pesiar kini berlayar ke Porto Torres.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR