Rasionya dimulai dari 0 hingga 500 dengan semakin besar angkanya, maka makin ebsar tingkat polusi udara dan masalah kesehatan yang dtimbulkan.
Indeks kualitas udara di Jakarta hampir selalu di atas angka 160, itu artinya termasuk dalam warna merah dan berlabel tidak sehat.
Jika dibandingkan dengan kota Berlin di Jerman, indeks kualitas udaranya hanya 18 dan termasuk dalam kategori hijau berlabel baik.
Untuk mengurangi dampak buruk dari tingginya polusi di Jakarta, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan sebagai upaya menjaga kesehatan.
Baca Juga: Harganya Rp7,2 Triliun, Ini Penampakan Mewah Jet Pribadi Vladimir Putin
1. Gunakan masker agar polusi tak langsung menerpa wajah Anda.
2. Batasi aktivitas di luar ruangan jika dirasa tidak terlalu penting.
3. Khusus anak-anak dan orang lanjut usia, sebaiknya tidak banyak beraktivitas di ruang terbuka.
4. Orang dengan gangguan pernapasan atau penyakit paru-paru (asma, bronkitis) sebaiknya selalu menjaga kebugaran tubuh dan hindari berada di lokasi yang berpolusi tinggi.
Apakah setiap saat polusi udara di Jakarta berada dalam tahapan yang sangat parah?
Berdasarkan pantauan Intisari melalui aplikasi AirVisual, jawabannya tidak selalu.
Memang indeks kualitas udara di Jakarta hampir selalu di atas angka 160, tapi ada jam-jam tertentu angka tersebut naik drastis, lalu turun kembali.
Misalnya pada pagi saat jam berangkat kerja (pukul 07.36)_pada Rabu, 25 Juli 2018, indeks ini meningkat hingga di angka 183dan membuat Jakrta melesat menjadi peringkat 1 terburuk.
Lalu pukul 09.45 di hari yang sama, angkanya turun menjadi 174 dan peringkatnya turun menjadi urutan kedua.
Ini sekaligus juga membuktikan bahwa makin banyak kendaraan bermotor di jalanan Jakarta berarti meningkatkan jumlah polusi udara yang ada.
Bagi warga Jakarta yang setiap hari harus terpapar polusi seburuk itu, jaga kesehatan ya! Kurangi aktivitas di luar ruangan sebisa mungkin dan jaga asupan gizi Anda.
Penulis | : | Aulia Dian Permata |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR