Intisari-Online.com -Anda ingin punya pernikahan yang langgeng bahagia selamanya bersama pasangan, jauh dari prahara lebih-lebih perceraian, ya ngobrol kuncinya. Tentu bukan dengan orang ketiga, melainkan dengan pasangan yang bersamanya Anda mengikat janji suci seiya sekata.
Pada dasarnya, tidak ada hubungan yang tidak bermasalah. Oleh sebab itu, dibutuhkan pembekalan khusus supaya kita dan pasangan bisa mengelola masalah itu menjadi sumber kekuatan dan kemesraan. Dengan demikian, sebuah hubungan diyakini bisa lebih fleksibel ketika menghadapi tekanan, kejenuhan, pelanggaran, kekerasan fisik, prahara ekonomi, lebih-lebih ketika menghadapi ancaman perceraian.
(10 Fakta Penting tentang Sarapan)
Menurut data yang dikeluarkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama, angka perceraian di Indonesia selama kurun 2010-2014 naik 100 ribu kasus dibanding lima tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah hadirnya orang ketiga.
Menurut Lex DePraxis, satu dari tiga penggagas Kelas Cinta dalam seminar TWOGETHER FOREVER, Sabtu (11/2), hadirnya orang ketiga, salah satunya, disebabkan oleh salah satu pasangan—bahkan kadang duan-duanya—membutuhkan teman untuk ngobrol dan berbincang ringan sementara pasangannya yang asli bukan lagi partner diskusi yang asyik. Itulah sebabnya ia berpaling dari pasangannya dan mencari teman ngobrol lain yang kira-kira mau mendengarkannya.
“Ngobrol, ngobrol, dan ngobrol, jangan ketika masih pacaran saja ngobrol-nya,” tegas Lex kepada para pasangan yang hadir dalam acara yang dilangsungkan di salah satu hotel di bilangan Grogol, Daan Mogot, Jakarta Barat, itu.
(Suami Wajib Tahu! Ini 4 Hal yang Paling Diharapkan Istri Dari Pasangannya)
Apa saja yang bisa kita obrolkan bersama pasangan? Apa saja. Mulai dari yang ringan-ringa seperti film yang telah ditonton, buku yang telah dibaca, isu yang sedang ramai diperbincangkan, hingga nisbi berat seperti rencana pendidikan anak, rencana renovasi rumah, dan lain sebagainya.
“Esensi pernikahan adalah demi pertumbuhan, bukan demi kebahagiaan. Persepsi yang salah itulah yang akan membuat hubungan pernikahan zaman kiwari iniberpotensi lebih rapuh dibanding generasi dahulu, generasi kakek dan nenek kita,” kata Jet Veetlev, penggagas Kelas Cinta lainnya. Nah, untuk meningkatkan pertumbuhan itulah diperlukan obrolan-obrolan bergizi dari pasangan suami–istri.