Mengenal Lebih Dalam Gangguan Bipolar yang Diidap Carrie Fisher

Ade Sulaeman

Editor

Carrie Fisher
Carrie Fisher

Intisari-Online.com - Salah satu hal yang dikenang dari Carrie Fisher, pemeran Princess Leia di film Star Wars yang meninggal dunia di usia 60 tahun (27/12/2016) adalah beragam gangguan kesehatan mental yang dialaminya. Salah satunya adalah gangguan bipolar.

Bipolar atau mania depresif (manic depressive) kategori berat adalah jenis gangguan kejiwaan yang penderitanya mengalami dua fase gangguan, yaitu mania dan depresif. Berbeda dengan unipolar yang mengalami satu fase gangguan, depresif saja.

(Menghadapi Gangguan Bipolar ala Penyanyi Demi Lovato)

Depresi mental merupakan kondisi kejiwaan yang tertekan, hingga seseorang akan merasa sedih, putus asa, dan menarik diri dari pergaulan. Sedangkan mania bisa dibilang kebalikannya, mengalami emosi kegembiraan akibat adanya gangguan.

Pada penderita bipolar, fase mania dan depresif tidak datang bersamaan. Biasanya, penderita akan mengalami depresi dalam kadar rendah cukup lama. Setelah sempat mengalami jeda, tingkat depresi akan meningkat, lalu lambat laun mulai muncul mania dalam kadar yang terus meningkat.

Ketika dua fase ini muncul bergantian, jadilah bipolar. Penderita depresi mental biasa yang berlangsung lama, tapi kemudian mengalami fase mania, juga dapat diindikasikan mengidap bipolar.

Ada kasus bipolar tertentu, di mana dua fase gangguan itu tidak begitu kelihatan. Penderita bersikap wajar, tampak normal, dan masih bisa bekerja dengan baik. "Kalau dia seorang dokter, tetap bisa berpraktik dengan baik. Kalau dia politisi, tetap bisa bekerja secara normal,” ungkap dr. Yul Iskandar, psikiater yang bekerja di Dharma Graha Hospital, Jakarta.

Fase Mania dan Fase Depresif

Ada gejala yang bisa kita lihat apakah seseorang mengidap bipolar atau tidak, diantaranya ada dua fase yaitu fase mania dan fase depresif. Fase ini akan secara bergantian terlihat pada seseorang yang mengalami bipolar.

(Gangguan Bipolar dapat Berkurang Lewat Kacamata Berlensa Kuning?)

Pada fase mania, seseorang akan terlihat mengalami suasana hati gembira yang berlebihan, aktivitas meningkat (ekspansif). Seseorang menjadi mudah tersinggung (iritabel), lalu bertingkah secara berlebihan atau hiperaktif, berbicara dengan sangat cepat, luapan ide yang meloncat-loncat, kebutuhan tidur yang berkurang, rasa percaya diri atau harga diri berlebihan.

Perhatiannya juga tidak fokus dan mudah teralihkan, memiliki pertimbangan yang buruk akan suatu hal, munculnya sikap berlebihan seperti ketika berbelanja.

Pada fase depresif seseorang akan terlihat mengalami perasaan murung dan sedih, mudah menangis, hilangnya minat dan kegembiraan, merasa kelelahan, memiliki gangguan tidur seperti insomnia dan hypersomnia, nafsu makannya terganggu, merasa putus asa, menjadi pesimis dan merasa tidak berguna.

Penderita juga akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, berat badan naik atau turun secara signifikan, memiliki perasaan bersalah yang berlebihan dan mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.

Apa Saja Jenis-jenis Bipolar Disorder?

Ruwetnya pemahaman tentang bipolar tak lain karena ini jenis gangguan kejiwaan bertahap. Tidak semua penderita langsung mengalami bipolar kategori parah, atau katakanlah gangguan bipolar I.

(Empat Episode Mood yang Biasa Terjadi pada Penderita Bipolar)

Ada yang cuma setengah parah (bipolar disorder II) atau gangguan cydothymic sebagai gangguan kejiwaan yang terendah. Gangguan cydothymic bisa dilihat di kala suasana hati seseorang berubah-ubah. Ada masa ia mengalami mania pada kadar rendah (hipomanik), di lain waktu mengalami depresif.

Kondisi itu berganti-ganti selama dua tahun. Misalnya, di suatu waktu dia mengalami kesedihan, tapi beberapa minggu atau bulan kemudian tiba-tiba menjadi pribadi yang ceria. Namun, tak lama kemudian murung kembali. Tapi hati-hati! Itu bukan seperti "sindrom tanggal muda", ketika orang merasa girang karena baru gajian, tapi langsung bete (bad mood) gara-gara harus membayar setumpuk tagihan.

Orang dengan gejala bipolar lambat laun akan meningkat perubahan fasenya hingga akhirnya menjadi parah. Perubahan itu melewati masa gangguan bipolar II lebih dulu. Pada masa itulah gejalanya makin menghebat, sehingga penderita perlu segera mendapat pertolongan.

Pada bipolar tingkat parah, atau gangguan bipolar I, penderita menunjukkan gejala sangat kuat. Ia bisa menunjukkan perilaku marah-marah melulu, gembira berlebihan, meracau, atau sebaliknya menunjukkan perilaku sedih, murung, dan kecenderungan bunuh diri. Sekitar 16% penderita memang akan melakukan bunuh diri.

Jenis bipolar lainya, penderita menunjukkan perilaku layaknya figur hebat (grandiosity). Ia bisa mengaku dirinya seorang nabi, presiden, paling pintar sedunia, paling kaya, dan hal-hal superlatif lainnya. Penderita grandiosity terlihat baik-baik saja. Apalagi kalau tingkah lakunya tidak merugikan orang lain.

Andaikan saja penderita merasa diri sebagai nabi utusan Tuhan untuk mengajak berbuat baik, maka secara hukum, tindakannya itu tidak masuk kategori kriminal. Namun secara kejiwaan, penderita bipolar sesungguhnya sedang tertekan oleh mania dan depresifnya. "Penderita harus segera mendapat pengobatan sebelum semakin parah," tandas dr. Yul.

Sayangnya, dari mulai depresif kecil hingga ke bipolar tingkat parah, penderita umumnya butuh waktu delapan tahun untuk menyadari dirinya perlu pertolongan dokter. Tingkah laku penderita bipolar ada juga yang cenderung merusak hubungan dengan anggota keluarga.

Pada suami-istri bisa timbul perceraian. Juga kecenderungan merusak finansial karena suka berbelanja secara berlebihan sampai utangnya bertumpuk. Adakalanya penderitaannya diperparah dengan kebiasaan mengonsumsi alcohol atau narkoba.

Penderita baru dianggap merugikan masyarakat di kala pemikiran- pemikirannya punya kecenderungan negatif. Barangkali beberapa pemimpin perang seperti Hitler, Stalin, atau Napoleon masuk kategori ini.

Bagaimana Penanganan yang Tepat untuk Pasien Bipolar Disorder?

Mungkin kita masih ingat kasus Lia Aminudin yang mengaku sebagai malaikat di Jakarta beberapa waktu lalu. Hal ini menarik perhatian Dr. Yul, walau ia belum berani memberi vonis bahwa Lia mengidap bipolar, namun melihat dari gejalanya sepertinya Lia termasuk dalam kaetegori grandiosity, karena mengaku sebagai malaikat Jibril.

(Libido Tiba-Tiba Melonjak pada Penderita Gangguan Bipolar. Bagaimana Mengatasinya?)

Lantas, bagaimana penanganan yang tepat untuk pasien bipolar? kepada penderita bipolar, psikiater biasanya meresepkan obat mood stabilizer, seperti lithium atau valpvoate. Kerja kedua obat ini memperbaiki permeabilitas membran otak. Sedangkan valproate, yang aslinya obat anti kejang, bekerja pada sistem glutamic acid.

Pengobatan biasanya berlangsung lima tahun dan akan sulit dilakukan tanpa dukungan keluarga. Apalagi penderita selalu merasa dirinya baik-baik saja. Obat-obatan mood stabilizer juga menyebabkan kantuk sehingga penderita merasa tidak nyaman, lemas, dan kurang produktif.

Selain mengonsumsi obat, kesembuhannya juga bisa dibantu dengan terapi seperti meditasi, relaksasi, olah napas, atau terapi tertawa. Namun, dr. Yul mengingatkan, kesembuhan tidak bisa didapat melalui terapi non-farmakologis saja. "Tetap harus minum obat!" tegasnya.

Masalahnya, penyakit bipolar ternyata bisa mengecoh. Pada kurun waktu tertentu, gejalanya akan hilang sama sekali dan penderita tampak oke-oke saja. Berbeda dengan schizofrenia, karena kondisi penderita akan terus memburuk. Pada tahap membaik inilah biasanya obat-obatan berhenti dikonsumsi.

(T. Tjahjo Widyasmoro)

--

Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 2006 dengan judul asli “Aku Ini Penguasa Dunia”.

Artikel Terkait