Libido Tiba-Tiba Melonjak pada Penderita Gangguan Bipolar. Bagaimana Mengatasinya?

K. Tatik Wardayati

Editor

Libido Tiba-Tiba Melonjak pada Penderita Gangguan Bipolar. Bagaimana Mengatasinya?
Libido Tiba-Tiba Melonjak pada Penderita Gangguan Bipolar. Bagaimana Mengatasinya?

Intisari-Online.com – Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan mental yang ditandai dengan adanya perubahan suasana perasaan yang cenderung labil. Perubahan suasana pada penderita GB bisa terjadi dengan sangat cepat. Dan ini biasanya berulang dalam rentang waktu tertentu serta dapat berlangsung seumur hidup. Tidak dapat disembuhkan, tetapi hanya dapat dikendalikan dengan pengobatan yang teratur.

Kerap terjadi, dorongan seksual atau libido tiba-tiba melonjak pada penderita gangguan bipolar. Dan ini terjadi pada fase maniak, yang sering kali berdampak buruk bagi penderitanya.

“Seorang penderita GB tiba-tiba saja menyukai wanita cantik yang berada di depannya, lalu tiba-tiba ingin memeluknya, ingin menciumnya, padahal mereka tidak saling kenal,” jelas dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K), MPd.Ked., psikiater FKUI-RSCM, dalam seminar media “Kenali dan pahami peningkatan libido pada gangguan bipolar” di Jakarta.

Lebih parahnya, bila sedang berada pada fase manik, seorang penderita GB bisa saja melakukan hubungan seks dengan siapa pun yang tidak dikenalnya. Akibatnya, bisa ditebak, ia bisa saja hamil tanpa diketahui siapa ayah si jabang bayi.

Penting dipahami bagi mereka yang memiliki pasangan dengan GB bahwa peningkatan dorongan dan aktivitas seksual ini merupakan konsekuensi dari perjalanan penyakit GB itu sendiri. Biasanya, diawali dengan perubahan yang cukup menonjol pada perilaku, emosi, dan penampilan penderita GB itu sendiri. Dari cara bicara, gaya berdandan, atau cara berpakaian yang tiba-tiba berubah dari penampilan keseharian sang individu. Ini sebenarnya bisa dideteksi secara dini oleh orang terdekat si penderita GB, baik pasangan maupun keluarganya. Jika terlihat terjadi perubahan, sebaiknya penderita GB segera dikonsultasikan ke psikiater.

“Asalkan yang dilirik tidak memberikan respon, biasanya si penderita GB akan mencari ‘mangsa’ lain. Parahnya sih kalau penderita GB ini sedang manik dan ingin berhubungan seks dengan orang lain, sementara ‘mangsa’nya juga penderita GB yang juga sedang manik. Ya, bisa kejadian,” tambah Natali.

“Pada dasarnya, penatalaksanaan komprehensif pada penderita GB tergantung gejala yang dialami pasien. Kasus peningkatan libido pada penderita GB memang cukup sering ditemukan. Secara farmakologik, pengobatan GB ditekankan untuk mencegah dan meredakan episode mania atau depresi yang efektif dalam jangka panjang. Yang penting adalah penekanan atau kepatuhan penderita GB terhadap pengobatan. Pengobatan secara rutin dan teratur sangat dibutuhkan,” jelas dr. Ashwin Kandouw, SpKJ, psikiater Sanatorium Dharmawangsa pada seminar tersebut.

Yang jelas, keluarga dan lingkungan juga diharapkan bisa memberikan dorongan kepada penderita GB agar mereka lebih optimis dalam menjalani kehidupan dengan memperlihatkan kasih sayang, perhatian, kepedulian, dan penghargaan. Empati dan simpati juga menjadi poin penting dalam masa penyembuhan tersebut.