Garapan warga digusur dan bangunan-bangunan yang kosong dan rusak diambrukkan.
Banyak warga protes atas penggusuran lahan tani itu. Namun, tidak ada perlawanan berarti dari warga sepanjang proses penggusuran. Mereka terkesan pasrah.
Sofyan, salah satu warga, mendapati lokasi ia menanam semangka, cabai, kacang panjang, sudah tidak berbekas. Namun ia akan tetap bertahan dan kembali bercocok tanam.
Meskipun untuk kembali bisa hidup, akan memerlukan waktu sangat lama. Alat pompa, sumur, jaringan pemipaan, semua hilang dan butuh modal banyak.
"Kami komit menolak (NYIA) tanpa syarat. Kami tidak akan pindah. Sepanjang rumah ada, yang kami tempati, kami akan berjuang untuk pertahankan hak kami," tutur Sofyan.
Pekerja proyek PP, Adi Darmadi mengaku hanya bertugas membersihkan lahan termasuk merubuhkan pohon yang ada. Mereka bekerja sejak kemarin dan hari ini semua pekerjaan kelar.
"Siang ini semua selesai," katanya.
Manajer Proyek Pembangunan NYIA, R Sujiastono mengatakan, semua kegiatan ini bukan pengosongan lahan. "PP melanjutkan pelaksanaan pekerjaannya," kata Sujiastono.
Pembangunan NYIA terus berlanjut. Saat ini, terdapat 70 persen kawasan bandara yang sedang dalam tahap pemadatan. Bandara rencananya dibangun di atas lahan seluas 587 hektar.
Pembangunan ini tidak berjalan mulus. Sampai sekarang, masih bertahan 37 kepala keluarga yang menempati 31 rumah di IPL tersebut.
Mereka bertahan dan bercocok tanam. Mereka juga menolak ganti rugi yang ditawarkan pemerintah.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR