Advertorial
Intisari-Online.com -Pada Juli 1974 terjadi kudeta di Cyprus yang didukung oleh pemerintahan Junta Militer Yunani dan kudeta militer itu ternyata berhasil.
Cyprus pun kemudian dianeksasi oleh Yunani dan menjadi bagian wilayah yang dikuasai oleh Junta Militer Yunani (Hellenic Republic of Cyprus).
Penduduk Cyprus pada dasaranya terdiri dua keturunan , yakni Cyprus Yunani dan Cyprus Turki.
Akibat aneksasi yang dilakukan oleh Yunani atas Cyprus sementara pulau Cyprus sebenarnya terletak lebih dekat Turki, maka pada bulan yang sama (Juli 1974) militer Turki pun menyerbu Cyprus.
Peperangan yang sebenarnya merupakan perang saudara pun berlangsung sengit dan berakhir seperti Perang Korea.
Baca juga:Inilah Pandora, Wanita Cantik 'Penyebab' Keonaran dalam Mitologi Yunani yang Sebabkan Manusia Punah
Pasalnya, perang antara pasukan Cyprus pro Yunani dan pasukan Cyprus pro Turki akhirnya bisa diselesaikan dengan perundingan damai pada Agustus1974.
Cyprus pun terbagi dua. Sebelah utara dikuasai Turki dan sebelah selatan dikuasai Yunani.
Untuk menjamin perdamaian dan mencegah bentrokan pasukan PBB pun ditempatkan di zona aman (Green Zone) yang terletak antara Cyprus pro Yunani dan Cyprus pro Turki.
Hingga 44 tahun berlalu kondisi Cyprus masih terbagi menjadi dua wilayah dan dijaga oleh pasukan PBB.
Tanda runyamnya akibat perang saudara itu sampai kini juga masih ada dan menjadi monumen kegeitaran akibat perang.
Baca juga:Cara Unik Pesepakbola Yunani Menunjukkan Solidaritas Mereka untuk Para Pengungsi Suriah
Monumen yang sangat menyolok itu, yakni terbengkalainya bandara internasional Cyprus (Nicosia International Airport).
Ketika meletus peperangan bandara Nicosia memang masih penuh pesawat dan penumpang. Tapi kegiatan penerbangan segera ditunda (delay) sambil menunggu peperangan berhenti.
Tapi penundaan penerbangan itu ternyata berlangsung berlarut-larut hingga saat ini (2018).
Akibat penundaan penerbangan hingga 44 tahun dan sekaligus merupakan penundaan penerbangan terlama sepanjang sejarah, bandara Nicosia pun menjadi terlantar.
Pasalnya baik Turki maupun Yunani ternyata tidak berminat untuk mengoperasikan bandara yang semula penuh kesibukan dan menjadi tempat mendaratnya ratusan ribu wisatawan yang akan mengunjungi berbagai lokasi wisata di Cyprus.
Baca juga:Turki 'Ngotot' Ingin Serang Israel, Militer AS pun Pontang-Panting Mencegahnya
Hingga 44 tahun berlalu bandara Nicosia pun telah menjadi bandara kosong bak hunian para hantu.
Semua fasilitas telah rusak dan karatan demikian pula beragam jenis pesawat yang jumlahnya puluhan, semuanya terlantar serta telah menjadi besi tua.
Fasilitas bandara Nicosia yang sudah terlantar itu sebenarnya dijaga oleh pasukan PBB tapi mereka tidak punya wewenang mengoperasikan bandara Nicosia.
Akibatnya bandara Nicosia pun dibiarkan menjadi bandara internasional paling merana di seluruh dunia hingga saat ini.