Intisari-Online.com - Kabar duka datang dari dunia kuliner Yogyakarta. Djuhariah atau lebih dikenal dengan Yu Djum, meninggal dunia (14/11/2016), seperti disampaikan di akun Twitter @gudegYuDjum:
Untuk mengenang sosok yang telah menjadi maskot gudeg Yogyakarta ini, Intisari kembali memuat artikel yang mengulas tentang Gudeg Yu Djum:
--
Gudeg barangkali menempati urutan pertama dalam daftar kata yang berkaitan dengan Yogyakarta. Maklum, ini makanan khas Yogya yang tidak ada duanya di tempat lain. Ada banyak sekali pilihan gudeg di Yogya. Tapi di antara sekian banyak pilihan itu, barangkali Gudeg Yu Djum bisa disebut sebagai maskotnya.
Begitu kondangnya kedai Yu Djum, seolah-olah ia telah menjadi "sinonim" dari kata gudeg itu sendiri. Gudeg Yogya? Ya Yu Djum. Lokasi warungnya terletak di kawasan Barek (dilafalkan mBarek), sebelah utara kampus UGM.
Kawasan Barek memang perkampungan pedagang gudeg. Di sini gudangnya penjual gudeg terkenal. Selain Yu Djum, masih ada Gudeg Bu Ahmad, Gudeg Yu Narni, dan Iain-Iain. Saking banyaknya penjual gudeg enak di sini, gudeg yang dijual pun kerap disebut gudeg Barek.
Yu Djum, nama aslinya Djuwariah adalah penduduk asli Desa Barek. Sejak usia 16 tahun, ia sudah membantu orangtuanya yang saat itu jualan brongkos. Berkat keahliannya di dapur, Djuwariah kecil sering didaulat memasak buat keluarganya, mulai dari menu gudeg hingga masakan lain. Di masa itulah, Yu Djum mulai berdagang gudeg.
Saat itu, gudeg kering belum begitu populer. Yu Djum-lah yang mulai memperkenalkannya kepada para pelanggan. "Sampai sekarang jualannya cuma gudeg. Tidak ada menu lain," ujar Hariyani Triwidodo, putri pertama Yu Djum.
Pada awalnya, Gudeg Yu Djum terkenal sebagai gudeg Barek karena memang warungnya ada di kawasan Barek. Belakangan, Yu Djum juga membuka warung di daerah Wijilan. Kawasan ini juga dikenal sebagai sentra gudeg Yogya, selain Barek. Lokasinya cukup strategis, letaknya dekat dengan tempat wisata keraton. Dari keraton, kita bisa naik becak atau andong.
Harga seporsi gudeg Yu Djum sangat bervariasi, tergantung jenis lauknya. Gudeg plus telur misalnya, banderolnya berbeda dengan gudeg plus ayam. Bagian dada, harganya pun tak sama dengan paha, sayap, kepala, atau ati ampela.
Selain bisa dimakan di tempat, gudeg Yu Djum juga cocok dijadikan oleh-oleh. Gudegnya kering, bisa tahan sampai 24 jam. Kalau ingin lebih tahan lama, Hariyani menyarankan, sebelum dibawa bepergian, gudeg dimasukkan dahulu ke dalam kulkas atau mesin pendingin selama dua jam. Dengan cara ini, cita rasa gudeg tetap terjaga sampai dua hari.
"Banyak pelanggan yang membawa gudeg kami sampai ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri," ujar Hariyani.
Gudeg Yu Djum dianggap sesuai dengan selera Yogya, rasanya cenderung manis. Campuran gula jawa Q dan rempah-rempahnya sangat terasa. Seperti gudeg lainnya, gudeg bikinan Yu Djum disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu, dan sambal goreng krecek. Arehnya sangat kental dan sangat terasa karena pada saat proses pemasakannya diberi semacam kethak blondo (endapan minyak santan).
Gudeg Yu Djum, seperti gudeg pada umumnya, tergolong makanan yang makin lama dimasak makin lezat rasanya.
"Gudeg memang akan menjadi lebih enak apabila dimasak lama. Gudeg yang disajikan hari ini adalah gudeg yang dimasak kemarin," kata Hariyani.
Sama seperti bagian gudegnya, daging ayam kampung bacemnya juga cenderung manis. Bumbunya meresap sampai ke daging bagian dalam, bahkan sampai ke tulangnya. Sambal kreceknya tidak berkuah, kenyal, dan pedas, dipadukan dengan tempe yang dipotong kecil-kecil. Perpaduan antara manis gudeg, gurih areh, legit daging ayam, pedas-kenyal krecek membentuk kombinasi cita rasa gudeg yang sangat Yogya.
Di hari biasa, Yu Djum bisa memasak 100-150 ekor ayam dan dua kuintal nangka muda. Terakhir, meski rasanya menganut selera Yogya, pelanggannya juga banyak yang berasal dari luar Yogya lo. Jadi, Anda yang berasal dari luar Yogya tidak usah merasa dianaktirikan. Ayo mampir.