Kicak, Kuliner Khas Yogyakarta yang Hanya Muncul Saat Bulan Puasa

Moh Habib Asyhad

Editor

Kicak, Kuliner Khas Yogyakarta yang Hanya Muncul Saat Bulan Puasa
Kicak, Kuliner Khas Yogyakarta yang Hanya Muncul Saat Bulan Puasa

Intisari-Online.com -Bagi orang Jogja, alias Yogyakarta, kudapan khas bernama kicak pasti sudah tidak asing lagi. Tapi bagi mereka yang berasal dari luar Yogyakarta, pasti agak bingung. Benar, kicak adalah kuliner khas Yogyakarta yang hanya muncul saat Bulan Puasa alias Ramadan.

Salah satu pasar tradisional Yogyakarta yang menyediakan kicak adalah Pasar Sore Ramadhan di Kauman, Yogyakarta. Kudapan khas Kampung Kauman ini terbuat dari nasi ketan yang telah ditumbuk halus menjadi jadah. Jadah ini kemudian dicampur dengan gula, parutan kelapa, pandan, serta irisan buah nangka.

Rasa jadah yang gurih dipadukan dengan kerenyahan parutan kelapa dan gula yang terasa manis. Yang membuat istimewa tentu adalah potongan nangka dan daun pandan sehingga aroma Kicak sangat menggoda sebagai menu pembuka saat berbuka puasa.

Kicak ini pertama kali dibuat oleh Mbah Wono di Kampung Kauman pada 1950. Konon, saat itu Mbah Wono hanya coba-coba membuatnya di usia 18 tahun dan ternyata banyak yang menyukai makanan ini. Kemudian, tradisi membuat kicak saat bulan puasa ini diturunkan kepada anaknya hingga saat ini.

Ketika Ramadan datang, kicak menjadi salah satu penganan yang paling dicari di pasar Kauman ini. Menurut pengamatan Kompas.com, hampir 80 persen penjual di pasar Kauman ini menjajakan Kicak sebagai salah satu menu andalannya.

Sedikit berbicara soal sejarah kicak, dulu kicak dibungkus dengan daun kelapa. Seiring perkembangan zaman dan demi kepraktisan, kicak banyak dijual dalam bungkusan mika. Meski demikian, harganya cukup terjangkau, hanya Rp2.500. Selain kicak, beberapa makanan tradisonal juga dijajakan antara lain jadah manten, semar mendem, dan kipo khas Kotagede. (Kompas.com)