Menyaksikan 'Operasi Raksasa' di Taman Budaya Yogyakarta

Moh Habib Asyhad

Penulis

Menyaksikan 'Operasi Raksasa' di Taman Budaya Yogyakarta
Menyaksikan 'Operasi Raksasa' di Taman Budaya Yogyakarta

Intisari-Online.com -Sebuah lukisan raksasa berukuran 3 kali 48 meter terpampang di Taman Budaya Yogyakarta. Media besar itu menjadi salah satu tumpahan ekspresi "Operasi", tema pameran yang diambil oleh Mohammad Operasi Rahman pada 30 Juli hingga 12 Agustus 2916. Dia ingin selalu mengoperasi nilai-nilai estetika, seni, dan budaya, bahkan kalau perlu berskala raksasa.

Tema "Operasi" memang sengaja diambil dari namanya, tapi juga punya makna lain. Menurut Operasi, tema itu ingin menegaskan bahwa dia selalu mengoperasi dan mencari semua teknik, bentuk, dan ekspresi estetika untuk lebih maksimal, selain juga "mengoperasi" potensi-potensi budaya.

Maka, dalam pameran yang dikuratori Kuss Indarto itu, dia benar-benar berusaha maksimal. Bahkan, lukisan raksasa yang dia tampilkan mencoba mengangkat budaya yang dia operasi di tanah kelahirannya, yakni festival tahunan Kota Jember. Lukisan yang dia buat selama 5 bulan itu dia beri judul "Karnaval". Dia dengan tekun dan penuh emosi mencoba mengangkat budaya festival di Jember dalam karya realis semi-surealis.

Lukisan raksasa itu pun seolah menghadirkan karnaval di Jember dengan nuansa dan kesan yang dalam, juga dinamis.

"Tema Operasi memang sengaja saya ambil untuk menunjukkan bahwa saya selalu ingin mencari dan mencari. Lukisan raksasa berjudul 'Ferstival' itu juga sebagai upaya saya mengangkat dan aktivitas kebudayaan di Jember. Maklum, di kota kelahiran saya itu kurang ada aktivitas budaya yang kuat sebelumnya, dan festival tahunan kini menjadi agenda yang mengangkat kebudayaan Jember," kata Operasi.

Selain lukisan raksasa tersebut, Operasi juga menampilkan 13 karya lain dengan ukuran bervariasi. Yang unik, Operasi tidak terpaku pada satu gaya dan aliran. Ada beberapa lukisan yang dia buat dengan gaya abstrak ekspresionis.

Ini yang membuat kurator Kuss Indarto memberi catatan khusus. "Dua pilahan ekspresi visual ini seperti ingin mengabarkan bahwa seniman Operasi Rahman ini memiliki kemampuan teknis yang memadai sebagai seorang seniman atau perupa. Dengan tantangan visual apa pun, mampu ditaklukan dengan relatif baik, bahkan piawai. Demikian pula dengan karya seni instalatifnya yang bertebar di dalam dan di luar gedung," kata Kuss Indarto.

Dia juga memberi catatan, semua karya dibuat sendiri oleh Operasi tanpa bantuan artisan. Operasi ingin menunjukkan kepada publik bahwa ketergantungan teknis itu berpotensi akan mengurangi sisi proses dan hasil ketrampilan tangan seniman secara orisinal. Memang sekarang ini tidak ada yang murni orisinal di bawah langit. Namun, dengan mengerjakan lewat tangan sendiri, Operasi percaya ada otentisitas yang khas dari tangan dan emosinya yang kemudian berpindah dalam kanvas.

"Itu bagian dari diri saya. Saya tidak suka isme-isme dalam seni. Saya suka melakukan apa saja sesuai tuntutan emosi dan hati. Saya ingin menjelajah sejauh mungkin," kata Operasi.

Sempat lama sibuk di bidang lain, nama Operasi memang agak terlupakan. Namun, dia ingin kembali dan mengekspresikan semua gejolak yang terpendam selama ini. Disponsori maesemas seni Yogyakarta, Agung Tobing, dia pun bangkit dan lahirlah pameran tunggal ini.

"Saya ingin kembali. Saya ingin memberi suguhan yang berbeda jauh ketimbang yang pernah saya lakukan sebelumnya. Saya juga ingin perhelatan seni rupa di Yogyakarta lebih berwarna," tutur Operasi dengan antusias.

Kembalinya operasi dengan tema "Operasi", ingin mencoba mengoperasi lagi suasana seni dan budaya. Ia juga menampilkan semua tema yang sudah dia operasi selama perjalanan kreatifnya. Dan, dia mengajak penonton untuk merespons karya-karyanya, kemudian juga akan melakukan operasi secara bebas. (Hery Gaos)