Intisari-Online.com- Siang itu, seorang gadis kecil berjalan dari satu meja ke meja lainnya. Ditangannya terdapat beberapa tangkai bunga mawar. Kaki kecilnya berjalan ke sebuah meja yang diduduki oleh seorang eksekutif muda.
“Tuan, mau beli bunga tidak?” sapa si gadis kecil ramah.
Merasa ada yang menganggu aktivitasnya, ia mengangkat kepalanya dari arah laptop ke arah gadis kecil di sampingnya. “Tidak dek. Saya tidak mau beli,” ujar si eksekutif muda lalu kembali menatap laptopnya.
“Satu saja tuan. Bunganya bisa tuan kasih ke istri atau kekasih tuan,” rayu si gadis kecil.
Kesal karena aktivitasnya kembali diganggu, ia sedikit membentak si gadis kecil. “Maaf dek. Saya sedang sibuk. Nanti saya kalau saya sedang tidak sibuk, saya beli bunganya,” ketus si eksekutif muda.
Pasrah, si gadis kecil lalu beranjak ke meja lainnya. Berjam-jam ia berlalu lalang, akhirnya ia terduduk di depan kafe tersebut.
Tidak lama pintu terbuka dan ke luarlah si eksekutif muda yang tadi ditawarinya. Ia langsung bergegas berdiri dan menghampiri. “Tuan sudah tidak sibuk? Silahkan beli bunga ini tuan. Satu tangkai saja,” ucap si gadis kecil.
Antara jengkel dan kasihan, akhirnya si eksekutif muda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. Ia memberi uang Rp10.000 kepada si gadis kecil. “Ini uang buat kamu. Anggap aja sedekah,” kata si eksekutif muda.
Gadis kecil itu mengambil uang tersebut. Tapi bukan untuk disimpan melainkan diberikan kepada pengemis tua yang berada tidak jauh di lokasi kafe.
Si eksekutif muda pun heran. Ia beranjak mendekati si gadis kecil dan bertanya. “Kenapa uangnya malah kamu berikan kepada pengemis?”.
Si gadis kecil tersenyum. “Maaf tuan. Kata ibu saya, saya harus menjual bunga-bunga ini dan jangan menerima uang dari meminta-minta. Pesan ibu saya, walaupun tidak punya uang, kita tidak boleh menjadi pengemis,” ujarnya pelan. Dan jawaban itu membuat si eksekutif muda terdiam. Lalu pada akhirnya, ia membeli semua bunga yang dijual si gadis kecil.
Terkadang kita hanya menghargai sebuah pekerjaan berdasarkan uang yang diterima. Semakin tinggi pekerjaan, semakin tinggi jugalah seseorang menatap pekerjaan orang lain. Kita merasa uang tersebut adalah kebanggaan bagi kita. Padahal tidak.
Sekecil apapun peran kita dalam sebuah pekerjaan, jika dikerjakan sungguh-sungguh maka nilai tersebut lebih tinggi dari sekedar uang.
Penulis | : | Mentari Desiani Pramudita |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR