Intisari-Online.com – Seorang pria akan pergi dalam sebuah perjalanan yang panjang. Ia menyembunyikan uangnya dalam sebuah panci dan meletakkan mentega di atasnya. Jadi, tidak ada yang bisa mengetahui apa yang ada di bawah mentega dalam panci.
Kemudian ia membawa panci itu pada tetangganya dan berkata, “Simpanlah panci mentega ini sampai saya datang kembali.” Ia tidak mengatakan apa pun tentang uang dalam panci itu.
Sebulan berlalu. Dua bulan berlalu. Tetapi pria itu tidak juga kembali, tetangganya berpikir, “Aku takut mentega dalam panci itu jadi rusak.” Lalu ia mengeluarkan semua mentega dari panci itu dan melihat uang di bagian bawah panci.
Ia mengambil uang itu untuk dirinya sendiri dan menempatkan batu-batu kecil ke dalam panci tempat uang tadi. Ketika pria itu datang kembali, ia meminta tetangganya untuk menyerahkan panci mentegannya. Pria itu membawa pulang dan mengeluarkan semua mentega. Ia ingin mengambil uangnya, tetapi ia hanya menemukan batu kecil di bawah mentega.
Ia sangat marah. Tiba-tiba seorang temannya datang menemuinya. “Kau tampak marah, temanku? Kenapa kau marah?” tanya temannya.
“Oh, aku ini benar-benar konyol!” Lalu ia menceritakan kepada temannya tentang panci mentega, uang, dan batu-batu kecil.
“Yah, saya bisa menunjukkan bagaimana mendapatkan uangmu kembali. Mari kita pergi ke hutan.”
Mereka pun pergi ke hutan, menangkap monyet, dan membawanya pulang.
Temannya berkata, “Sekarang pergilah ke tetanggamu dan katakan, ‘Tolong beritahu anak Anda untuk ikut aku ke pasar. Ia bisa membantu saya untuk membawa makanan dari pasar’.”
Pria itu melakukannya. Tetangganya mengirimkan anaknya pada pria itu. Tapi mereka tidak pergi ke pasar. Pria itu pulang dengan anak tetangganya dan mengunci anak itu di rumahnya.
Temannya mengatakan, “Sekarang pergilah ke tetanggamu dengan monyet ini dan katakan ‘Ini anakmu kukembalikan’.”
Pria itu melakukannya. Tetangganya sangat marah. "Ambil monyet itu pergi dan bawa kembali anak saya!" kata tetangganya.
“Mengapa? Ini anak Anda! Jika uang bisa berubah menjadi batu-batu kecil maka anak laki-laki pun bisa berubah menjadi monyet,” kata pria itu.
Tetangga itu mengerti segalanya. Dia menyerahkan uang itu kepada pria itu dan pria itu membiarkan anak laki-laki kembali pada ayahnya. Pria itu mengucapkan terima kasih pada temannya yang sangat cerdik. Ia ingin memberinya bagian dari uang itu. Tapi temannya tidak mau mengambilnya. "Kita adalah teman, bukan?" katanya. "Dan teman itu selalu saling membantu. Tetapi tidak pernah mengambil uang untuk itu. Tidak pernah, tidak pernah!"