Intisari-Online.com – Anda harus melakukan tes kolesterol lebih dahulu untuk mengetahui tingkat kolesterol darah Anda.
Nah, kalau ternyata Anda didiagnosis mengidap penyakit kardiovaskuler (pernah mengalami serangan jantung misalnya), dan kolesterol LDL lebih dari 100 mg/dl, dokter akan memberikan obat penurun kolesterol dan minta Anda segera mengubah gaya hidup.
Keputusan ini belum tentu dilakukan kalau Anda memiliki kadar kolesterol tinggi tapi tidak terdiagnosis mengidap penyakit kardiovaskuler.
(Baca juga:Cara Sederhana Melihat Kesehatan Bayi: Cukup Lewat Kotorannya)
Pertama-tama, dokter menyuruh Anda berolahraga, melakukan diet rendah lemak dan mengubah gaya hidup. Kalau cara ini tidak manjur, Anda perlu minum obat, apalagi kalau memiliki faktor risiko lain terhadap penyakit kardiovaskuler.
Walau tidak terdiagnosis kardiovaskuler, bersamaan dengan perubahan gaya hidup, Anda akan disuruh minum obat bila:
Kemanjuran obat penurun kolesterol bervariasi pada setiap orang. Selain itu, tidak perlu minum obat yang paling baru kalau obat yang sekarang diminum sudah manjur.
(Baca juga:Artefak Ini Ungkap Temuan Mengerikan dari Sekoci Terakhir Kapal Titanic)
Efek sampingan obat-obat penurun kolesterol tidak serius, tetapi cukup menggangu. Jenis statis misalnya, dapat menyebabkan nyeri otot bila diminum dengan obat lain, contohnya gemfibrozil, obat antijamur atau antibiotik erythromycin. Namun, efek sampingannya jarang.
Jenis resin dapat menimbulkan sembelit dan bengkak, atau menurunkan efektivitas obat lain yang diminum bersamaan. Niasin kadang menimbulkan iritasi kulit, sehingga jadi merah dan menaikkan kadar gula darah, mengakibatkan tukak lambung atau memicu serangan gout. Gemfibrozil dapat menimbulkan batu empedu.
Seperti halnya minum obat apa pun, pertimbangkan dengan seksama untung ruginya minum obat itu. Kalau mengidap penyakit kardiovaskuler atau berisiko tinggi terhadap penyakit tersebut, Anda harus minum obat penurun kolesterol. (Mayo Clinic)