Bisa Sebabkan Penyakit Baru, 1 dari 5 Fakta tentang Obat yang Wajib Kita Tahu Sebelum Meminumnya

Ade Sulaeman

Editor

Jangan percaya obat hanya karena harganya
Jangan percaya obat hanya karena harganya

Intisari-Online.com – Cara kerja dan khasiat obat tak seperti cabai, begitu digigit langsung terasa pedas.

Pasalnya, ada penyakit yang lebih lekas sembuh, apa pula yang lama.

(Baca juga: Menurunkan Hipertensi Tanpa Obat? Begini Caranya)

Nah, inilah fakta-fakta tentang obat yang harus Anda tahu.

1. Bisa memunculkan penyakit baru

Jangan pernah anggap remeh efek samping dari sebuah obat, sekalipun obat warung. Sebab kalau obat yang dipilih kurang tepat, kesembuhan pun tak akan kunjung datang.

Nah, alih-alih ingin sembuh, malah efek sampingnya saja yang kita dapatkan.

Bahkan, di negara maju saja terkadang obat dapat memunculkan penyakit baru. Misalnya, pengidap gangguan ginjal diberi obat yang efek sampingnya dapat merusak ginjal.

(Baca juga: Gara-gara Salah Dosis Obat Depresi, Wajah Khaliah Shaw Berubah Menyeramkan)

Pasien dapat terkena penyakit lain karea efek samping obat, biasanya disebabkan oleh kealpaan dokter.

Contoh lainnya obat tetes mata. Ternyata tidak semua keluhan sakit mata dapat diobati dengan obat yang sama.

Sebab obat tetes mata obat tetes mata sangat mudah tercemar kotoran dan rusak. Oleh sebab itu, buanglah obat tetes mata kalau tidak habis dipakai.

Apa pasal? Selidik punya selidik, selain tak ampuh lagi, obat ini malah akan membahayakan mata kita bila digunakan kembali.

2. Jangan mau bila obat yang diresepkan dokter ditukar

Yang peru kita tahu, obat yang beredar di pasaran sangat banyak. Bahkan, obat sejenis saja bisa memiliki puluhan merek dari pabrik yang berbeda.

Makanya, terkadang pihak apotek kerap memanfaatkan hal tersebut. Ada pihak apotek yang seenaknya menukar obat yang sudah diresepkan oleh dokter.

(Baca juga: Tak Hanya Obat P3K, Inilah Daftar Obat yang Wajib Selalu Tersedia dalam Kotak Obat di Rumah Kita)

Di luar pertimbangan bisnis dan sebetulnya tidak etis, dokter punya dasar pertimbangan medis yang tidak sudi bila resepnya ditukar tanpa persetujuaannya.

Itulah makanya, dibagian bawah resep dokter bisa kita lihat peringatan agar pihak apotek tidak menukar obat tanpa sepengetahuannya.

3. Jangan percaya obat hanya karena mahal

Harap diingat, kualitas obat tak selalu ditentukan oleh harganya, loh. Tak semua obat mahal bakal memulihkan penyakit seratus persen.

Sebaliknya pun berlaku, tidak semua obat murah kualiasnya jelek. Kok begitu? Ternyata unsur kepercayaan kita sebagai pasien juga ikut menentukan kesembuhan.

Bila kita meyangsikan obat murah dapat menyembuhkan penyakit, kemungkinan besar penyakit tersebut benar-benar gagal disembuhkan. Contoh obat generik.

Sebaiknya kita jangan pernah meremehkan obat kelas dua ini. Obat generik itu sama persis dengan obat bermerek aslinya.

Apabila obat aslinya boleh diproduksi massal setelah hak patennya beralu, obat itu pun bisa dijual dengan harga yang lebih rendah dibandingkan ketika patennya masih berlaku.

Nah, kalau ada obat yang sama isinya dengan harga yang lebih murah, kenapa harus memilih harga yang mahal, bukan?

Namun, terkadang ada juga pasein yang tak sebuh kalau resepnya murah. Begitu pula sebaliknya.

4. Kembalilah pada dokter bila obat menimbulkan reaksi tidak enak

Meskipun sangat ahli dalam bidangnya, dokter bukalahlah malaikat. Terkadang mereka bisa saja alpa dalam meresepkan obat.

Misalnya, obatnya sudah tepat, tapi tidak cocok untuk pasien. seperti itu mungkin saja bisa terjadi. Sebab tiap tubuh seseorang meresepon obat dengan cara yang berbeda.

Misalnya, obat flu dengan campuran kandungan obat tertentu, tidak boleh diperuntukan bagi pengidap glaukoma.

Contoh lain, pengidap jantung tak boleh sembarangan mengonsumsi obat sesak napas. Demikian pula dengan orang yang rentan terhadap alergi.

Sebab setidaknya ada lebih sepuluh bentuk reaksi alergi yang mungkin ditimbulkan akibat mengonsumsi obat yang tidak cocok.

Makanya, jangan ragu untuk kembali ke dokter bila Anda merasakan reaksi tidak enak setelah mengonsumsi obat.

5. Kapan obat harus dihabiskan?

Jangan salah, tidak semua obat harus dihabiskan loh untuk menyembuhkan penyakit.

Sebelumnya, kita perlu tahu kalau obat terdiri dari dua jenis. Ada obat pereda keluhan (simptomatik) dan pembasmi akar penyakit.

Namun, obat simptomatik tak perlu dihabiskan jika keluhannya sudah hilang. Sebaliknya, obat pembasmi akar penyakitlah yang perlu dihabiskan.

Contohnya, atibiotika, obat darah tinggi, kecing manis, hingga jantung. Nah, mintalah petunjuk dokter apakah resepnya perlu diulang bila obat telah habis dikonsumsi.

Lalu, dari mana kita tahu mana obat simptomatik atau pembasmi akar penyakit? Gampang kok. Tanyakanlah langsung pada dokter sebelum meninggalkan kamar praktik.

Artikel Terkait