Advertorial

Pesebakbola Palestina yang Lututnya Ditembak Sniper Israel Ini Harus Akhiri Karier Sepakbolanya

Mentari DP

Editor

Akibat dari tembakan sniper Israel tersebut, Khalil harus menjalani operasi lutut dan membuatnya harus mengakhiri karier sepakbolanya.
Akibat dari tembakan sniper Israel tersebut, Khalil harus menjalani operasi lutut dan membuatnya harus mengakhiri karier sepakbolanya.

Intisari-Online.com – Kisah Razan al Najjar (21), seorang relawan paramedis Palestina yang ditembak sniper Israel di bagian dadanya hingga tewas bukanlah satu-satunya kejadian mengerikan yang terjadi pada Jumat (1/6/2018) tersebut.

Selain Razan, Mohammed Khalil juga ditembak oleh sniper Israel di bagian lututnya.

Khalil diketahui adalah seorang pemain sepakbola Palestina dan sekarang bermain di klub Al-Salah FC.

Akibat dari tembakan sniper Israel tersebut, Khalil harus menjalani operasi lutut dan membuatnya harus mengakhiri karier sepakbolanya.

Sebab, tembakan tersebut telah menghancurkan sendi dibagian lutunya.

Baca juga:Sebelum Tewas Tertembak, Razan al Najjar Sudah Belikan Adik-adiknya Baju Baru Untuk Idul Fitri

Jangankan untuk bermain sepakbola, untuk berjalan saja, Khalil sekarang tidak bisa melakukannya. Ia harus melakukan terapi agar dapat berjalan lagi.

Seorang teman Khalil, Mohammed Kareem, pun menceritakan kisah tragisnya melalui sebuah video yang dia unggah di akun Twitternya.

“Teman saya dan pemain sepakbola Palestina, Mohammed Khalil, yang bermain untuk Al-Salah FC, ditembak di lututnya oleh seorang sniper Israel ketika dia memprotes secara damai di #GreatReturnMarch.”

"Peluru teroris itu mengakhiri karier sepakbolanya,” tulis Kareem.

“Dia adalah teman saya dan tetangga saya. Dia memberi izin kepada saya secara eksklusif untuk memotretnya dan men-tweetnya.”

Kareem juga mengunggah foto Khalil di rumah sakit dan kemudian foto dirinya di rumahnya.

"Sembuhkan teman saya dengan cepat," katanya.

Selain Razan dan Khalil yang menjadi korban, 18 warga Palestina dilaporkan tewas oleh tembakan api Israel di Gaza.

Keadian ini lantas menjadikan hari tersebut hari paling berdarah di Gaza sejak perang 2014 antara Israel dan kelompok militan Islam Hamas.

Bahkan lebih dari 750 warga Palestina terluka oleh tembakan Israel, menurut pejabat kesehatan Gaza.

Baca juga:'Bermodal' Hukum tentang Kejahatan Perang, Penembak Razan Al-Najjar Bisa 'Diseret' ke Tiang Gantungan

Artikel Terkait