Advertorial

Mengaku Dilecehkan, Via Vallen Malah Dibully Netizen: Ini Penyebab Wanita Takut Ungkap Kasus Pelecehan Seksual

Aulia Dian Permata
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Via Vallen jadi sasaran bully netizen setelah mengaku mengalami pelecehan seksual. Ini yang jadi penyebab wanita takut mengaku telah dilecehkan
Via Vallen jadi sasaran bully netizen setelah mengaku mengalami pelecehan seksual. Ini yang jadi penyebab wanita takut mengaku telah dilecehkan

Intisari-Online.com - Insiden pelecehan seksual yang dialami Via Vallen masih menjadi perhatian warganet.

Meski Via telah menyensor nama akun Instagram pria yang merupakan pemain sepak bola nasional itu, warganet menduga bahwa pria itu adalah Marko Simic.

Akibatnya, akun Instagram Marko Simic menutup kolom komentarnya agar tak bisa diberi komentar lagi olehnetizan.

Namun, rupanya tak hanya sampai di situ saja dampak dari insiden ini.

Baca Juga:Inilah Daftar 7 Kota Paling Layak Huni di Indonesia! Adakah Kota yang Anda Tinggali?

Via Vallen yang mengunggah bukti tangkapan layarchat pelecehan seksual distory Instagramnya justru dapat banyak komentar negatif dari warganet.

Tak sedikitnetizen yang merundung dan terkesan menyalahkan Via Vallen alih-alih mendukung perbuatannya yang berani berbicara mengenai pelecehan seksual.

Melihat komentar dari warganet atas kasus Via Vallen, mungkin benar bahwa penilaian masyarakat masih menjadi salah satu faktor yang membuat perempuan takut mengungkapkan fakta bahwa mereka pernah mengalami pelecehan seksual.

Dilansir dariPsychologyToday, inilah 6 penyebab seorang wanita takut berterus terang mengenai pengalaman dilecehkan secara seksual, baik fisik, batin, dan verbal.

1. Malu

Kebanyakan korban pelecehan seksual merasa malu, merasa 'dinodai', dan itu hal yang wajar.

Korban merasa diserang sementara secara bersamaan merasa terhina dan tidak berdaya.

Parahnya, rasa malu ini sering menyebabkan korban menyalahkan diri sendiri, padahal kesalahan terletak pada orang lain juga.

Baca Juga:Setelah Bercerai Seperti Inilah Tempat Tinggal Putri Diana, Jangan Terkejut Ya!

2. Dibully atau dirundung masyarakat

Bukan hal baru jika korban pelecehan seksual justru dirundung oleh masyarakat sekitar.

"Duh, cuma digituin saja kok yalebay banget sih pakai nangis segala," itu hanya segelintir komentar yang biasanya dilontarkan saat korban pelecehan seksual menangis.

Kasus terbaru juga bisa kita lihat pada insiden Via Vallen yang baru saja terjadi.

3. Takut akan konsekuensi

Rata takut akan konsekuensi jika mereka melaporkan pelecehan seksual juga menjadi salah satu faktor utama.

Apabila pelecehan itu mereka dapatkan dari rekan kerja atau atasan mereka di kantor, tentu mereka takut kehilangan pekerjaan.

Selain itu, mereka juga takut membayangkan cap apa yang akan melekat padanya jika dia mengaku pernah mengalami pelecehan seksual.

Mereka juga takut tidak ada yang percaya pada pengakuan mereka.

Baca Juga:Begini Gambaran Garis Tangan Orang yang akan Kaya Raya di Masa Depannya. Coba Cek Milik Anda!

4. Putus asa

Dampak psikologi yang dihasilkan oleh pelecehan seksual bisa beragam tergantung dengan karakter si korban.

Namun, korban yang tidak berani mengatakan apa pun atau tidak cukup nyali untuk bercerita akan cenderung mudah depresi.

Setelah meredam cerita pelecehan seksual untuk dirinya sendiri, mereka mulai putus asa.

Bagian buruknya adalah, setelah putus asa ini mereka mulai mengurung diri dan ini jadi awal mulai depresi akut.

Lalu apa yang bisa dilakukan masyarakat sekitar dan keluarga untuk mendukung korban pelecehan seksual?

Tentu dengan mempercayainya dan menemaninya untuk melaporkan kejadin tersebut.

Jangan dirundung/dibully apalagi malah disalahkan, karena itu akan membuat wanita lain merasa takut untuk mengakui pelecehan seksual yang pernah dia alami.

Baca Juga:Camilla Pernah Meminta Pangeran William Tinggalkan Kate Middleton, Alasannya Bikin Geram

Artikel Terkait