Di sini sebenarnya tidak ada yang luar biasa dalam kisah hidup Suradji. Hingga pada suatu hari, Sartik dikagetkan dengan keinginan anaknya untuk menikah lagi. Alasannya, dia ingin anak wanita, sementara Tumini hanya bisa memberikan empat anak laki-laki.
Sartik sebenarnya setuju. Tapi bukan kepalang terkejutnya ketika dia mengetahui bahwa wanita yang hendak dinikahi anaknya adalah adik iparnya sendiri alias adik kandung Tumini.
Hebohnya, Suradji tidak hanya menikahi satu adik Tumini namun dua adiknya, yakni Tuminah dan Ngatiyah. “Semua orang tahu bahwa itu perbuatan tidak benar,” keluh Sartik.
Toh, Suradji tidak peduli. Dia bahkan mengajak tiga wanita bersaudara itu tinggal satu atap. Karena ibunya terus menerus menentang, Suradji pun mengusir ibu kandungnya dari rumah.
Perilaku di luar kebiasaan umum inilah yang membuat Suradji terlihat sebagai bukan “pria biasa” meskipun penampilannya biasa-biasa saja. Apalagi sejak kecil Suradji mengaku sering didatangi mendiang ayahnya lewat mimpi. Dalam mimpinya tersebut, sang ayah mengajarinya berbagai ilmu kesaktian.
Entah akhirnya benar-benar sakti atau tidak, oleh masyarakat Suradji dianggap sebagai orang pintar atau dukun.
Panggilan Datuk pun disematkan kepadanya. Tidak sedikit orang yang mendatangi rumah Suradji untuk meminta pertolongan. Baik berobat karena sakit, pasang susuk agar terlihat cantik, memikat suami agar tidak tergoda wanita lain, atau hal takhayul lainnya.
Lolos dari maut
Sebut saja namanya Yanti. Seperti dituliskan dalam buku The Bastard Legacy: Warisan Legendaris Para Bedebah karya Jounathan, dia merupakan salah satu korban Suradji yang berhasil melarikan diri.
Pada suatu hari Yanti bertemu temannya yang terlihat cantik dan segar. Sang teman bercerita, dia merasa lebih percaya diri setelah mendapat bantuan seorang dukun sakti bernama Ahmad Suradji atau Dukun AS.
Yanti pun tergoda. Hingga pada suatu siang dia mendatangi kediaman Suradji. Awalnya biasa saja laiknya berkonsultasi dengan kebanyakan dukun. Yanti dibacai mantra dan disuruh meminum air putih yang sudah diludahi Suradji.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR