Advertorial
Intisari-Online.com – Namanyasi andeng-andeng alias tahi lalat.
Kalau letaknya pas di atas atau di bawah bibir, sang pemilik bertambah manis, bikin lawan jenis kepincut. Bahkan kalau nempel di bagian leher tertentu, konon membawa hoki.
Tetapi, apa betul tahi lalat selalu membawa sifat positif? Ternyata tidak!
Menurut dr. I Ketut Sukarata, spesialis kulit dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, “Kita mesti waspada kalau tahi lalatnya ‘hidup’, tiba-tiba menebal, melebar, atau membesar.”
Tanpa bermaksud menakut-nakuti, tapi ia mewanti-wanti.
Baca juga: Tidak Ribet, Ini Cara Sederhana untuk Mencegah Kanker Melanoma yang Menyerang Adara Taista
“Perhatikan sifatnya dengan saksama atau segera periksakan ke dokter bila ada kekhawatiran. Siapa tahu bersifat ganas dan perlu segera diangkat,” tambah Sukarata dalam sebuah seminar tentang deteksi dini kanker kulit di Jakarta.
Sebagian besar keganasan yang terjadi pada kulit, kata Sukarata, terjadi akibat kerusakan epidermis karena pelbagai faktor penyebab yang berlangsung lama.
Faktor yang paling berperan adalah pajanan (paparan), sinar ultraviolet (UV), khususnya pada orang yang banyak bekerja di bawah terik matahari macam pelaut atau petani, sering berjemur diri di pantai, dan sebagainya.
Tak heran kalau bintik awal kanker kulit timbul di bagian tubuh yang terbuka seperti wajah, kepala, dan tangan, bagian yang banyak terpapar sinar matahari.
Sinar UV erat hubungannya dengan lapisan ozon yang bertindak sebagai pengalang UV dari Matahari ke Bumi.
Namun, kalau lapisan itu bocor akibat gas chlorotiuorocaibon (CFC) UV akan langsung nyelonong ke Bumi.
Tidak cuma UV, sinar inframerah dari bermacam peralatan yang telah digunakan berulang selama 20 tahun juga bisa menyebabkan kanker kulit.
Begitu pun radiasi ionisasi yang bisa menimbulkan kanker kulit setelah 20 - 30 tahun.
Pada kaum perokok risiko terkena kanker kulit naik sebesar 50%, seperti disebutkan dr. Aida S.D. Suriadiredja, spesialis kulit dari RS Kanker Dharmais Jakarta.
Kenaikan itu berhubungan erat dengan lamanya merokok, jumlah rokok yang diisap, apalagi kalau penderita terpajan sinar matahari menahun serta peminum alkohol. Pada perokok menahun, kanker kulit banyak timbul pada bibir bawah.
Tahi lalat berkilat
Jenis kanker kulit ada tiga macam, yakni karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS), dan melanoma maligna (MM).
KSB umumnya terjadi di daerah rambut, bersifat invasif, dan jarang mempunyai anak sebar tapi merusak jaringan yang ditumpanginya. Yang memudahkan terjadinya keganasan, menurut Sukarata, meliputi faktor lingkungan dan genetik.
Yang termasuk faktor lingkungan di antaranya radiasi, bahan kimia, pekerjaan tertentu yang banyak terpajan matahari, trauma (luka bakar), serta jaringan parut yang lama tidak sembuh berwarna kekuningan dan terasa keras.
KSB sering dijumpai di bagian kepala, hidung, dan leher yang banyak terpajan sinar matahari. Hampir 95% kasus terjadi pada usia 40 tahun ke atas.
Tanda-tandanya berupa benjolan kehitaman (seperti tahi lalat) agak berkilat atau luka yang sulit sembuh, yang lambat menjadi besar dan tersenggol sedikit sudah berdarah.
Benjolan ini biasanya tidak disertai rasa gatal ataupun sakit.
Bentuknya ada yang tepinya berbintik-bintik menonjol dan mengeras, di bagian tengah cekung. Ada pula yang berupa guratan-guratan kemerahan.
Sedangkan KSS dapat terjadi pada kulit maupun selaput lendir. Biasanya, penderita sudah punya kelainan kulit sebelumnya.
“Luka kronis kalau terpajan zat karsinogen (penyebab kanker) kimia atau sinar matahari terus-menerus memang bisa berubah sifat menjadi ganas,”’ kata Sukarata.
Ada KSS tipe luka yang kemudian meluas, tepinya mengeras dan mudah berdarah. Ada pula tipe papiler yakni berupa tumor dengan permukaan berbenjol-benjol seperti kembang kol, berwarna merah atau pucat, kemudian membasah dan mudah mengeluarkan darah atau serum.
Karena bentuknya koreng, penderita sering menganggap itu sekadar koreng biasa.
Baca juga: Tubuh Dipenuhi Tahi Lalat yang Besar-besar, Wanita Ini Malah Jadi Finalis Miss Universe
KSS sering timbul di bagian tungkai, wajah bagian atas, telinga, dan daerah mukokutan (lapisan kulit mukosa). Umumnya, kanker ini menyerang kelompok usia 40-60 tahun.
Kanker kulit yang paling ganas tapi penderitanya paling sedikit adalah melanoma maligna (MM). Tumor padat yang berasal dari sel pigmen kulit ini banyak diderita orang berkulit terang atau putih yang mudah terbakar sinar matahari tapi sulit menjadi cokelat.
KSS yang rata-rata menyerang usia 30 - 60 tahun ini belum diketahui penyebab pastinya. Diduga, sinar matahari merupakan faktor risiko terpenting. Selain itu iritasi berulang pada tahi lalat juga bisa berkembang menjadi MM.
Lokasi terbanyak pada tungkai bawah, badan, kepala dan leher, tungkai atas, bahkan bisa pada kuku.
Deteksi dini sering tidak dilakukan oleh penderita karena mirip sekali dengan tahi lalat biasa. Bentuk klinis paling sering dijumpai adalah kelainan berupa bercak dengan ukuran beberapa milimeter sampai sentimeter.
Warnanya bervariasi, bisa kehitaman, putih, kebiruan, berbatas tegas dengan sedikit penonjolan di permukaan kulit.
MM mudah sekali menyebar bahkan sampai ke organ dalam tubuh sekalipun, “Bila sudah sebesar uang logam, berarti sudah agak lanjut,” tambah dr. Herman Cipto, juga spesialis kulit dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Sebab itu, waspadailah kalau tampak ciri-cifi spesifik “A,B,C,D” yakni bentuk tumor Asimetris, Border irregular (tepi tidak teratur), Color irregular warna dalam satu lesi bermacam-macam, cokelat bercampur hitam) dan Diameter tumor lebih dari 6 mm.
Perubahan ketebalan dan perkembangan tumor ini memerlukan perhatian ekstra, baik oleh penderita maupun keluarganya.
Baca juga: Punya Tahi Lalat? Jika Letaknya Ada di 6 Bagian Ini, Anda Mungkin Orang yang Beruntung
Disayat bersih
Kanker kulit termasuk masih langka di Indonesia, meskipun hasil penelitian mutakhir menunjukkan, ia termasuk sepuluh besar tumor ganas.
Menurut data patologi RSUPN Cipto Mangukusumo kanker kulit termasuk dalam peringkat pertama untuk kanker pada pria dan keempat pada wanita setelah kanker leher rahim, payudara, dan ovarium.
Tentu saja penanganan diutamakan pada derajat kesembuhan yang tinggi. Pada KSB dini dapat dilakukan tindakan kuretisasi dan elektrodesikasi (dikeringkan dengan alat listrik) sampai ke dasar dan pinggir tumor hingga kering dan bersih.
Cara ini tidak memerlukan waktu lama dan sembuh dalam jangka 2 – 3 minggu.
Ada lagi teknik bedah beku pada tumor KSB, yakni dengan cara membekukan secara cepat tumor tersebut dengan nitrogen cair (titik beku -196° C).
Pada KSB yang hanya terjadi pada permukaan kulit dapat juga dipakai krim fluorouracil 5%, dua kali sehari selama 2 – 3 minggu.
Juga ada kalanya dilakukan pengobatan dengan sinar X. Hasilnya biasanya memuaskan, hanya saja timbul bekas penyinaran.
Dalam keadaan kanker kulit yang lebih lanjut dapat dilakukan tindakan pembedahan eksisi yang luas dan dalam dengan jarak 0,5 – 1 cm dari pinggir tumor sampai tidak ada yang ketinggalan.
Pada kanker kulit KSS pengobatan utama dengan pembedahan untuk mengangkat seluruh jaringan tumor dengan tepi sayatan 2 cm.
Pada MM karena mudah sekali terjadi metastasi (penyebaran) harus secepat mungkin ditangani, misalnya dengan pembedahan sampai bersih. Bila sudah terjadi anak sebar, tentunya perlu dilakukan tindakan kemoterapi. (Nanny Selamihardja – Intisari Health 2016)
Baca juga: Coba Hitung Tahi Lalat di Lengan Kananmu, Ini Bisa Mendeteksi Kanker Kulit