Advertorial

Alasan Tujuan Teroris untuk Tegakkan Ideologi dan Tatanan Baru Sulit untuk Diterima

Agustinus Winardi
Agustinus Winardi
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-Online.com -Munculnya aksi terorisme bisa dikatakan merupakan jalan pintas untuk memperjuangkan suatu ideologi atau bahkan untuk mendirikan negara baru yang dilakukan melalui cara paksaaan dan kekerasan.

Meskipun pada awalnya keinginan mendirikan negara baru itu merupakan perjuangan murni yang didorong oleh rasa nasionalisme melawan aksi penjajahan seperti yang masih dilakukan oleh rakyat Palestina terhadap Israel.

Atau yang pernah dilakukan oleh gerilyawan Macan Tamil ketika ingin mendirikan negara baru di Srilanka.

Pada tahun 1959, untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Israel yang menduduki Palestina, para gerilyawan Palestina membentuk pasukan yang dinamai Palestine Liberation Organization (PLO) di bawah pimpinan Yasser Arafat.

Baca juga:Meski Belum Ada Perintah, Pasukan Anti-teror TNI Selalu Siaga Untuk Melibas Aksi Terorisme

Selain memimpin PLO, Arafat juga memimpin kelompok gerilyawan Al-Fatah.

Dalam perjuangannya Arafat (1988) kemudian lebih menyukai cara-cara damai (diplomatik) tapi sejumlah kelompok lain tetap memilih cara-cara kekerasan sehingga kemudian menculah aksi terorisme.

Aksi terorisme yang mengguncang dunia dimulai dari kelompok Black September, yang sebenarnya merupakan kelompok sempalan dari pasukan gerilya Al-Fatah .

Pada 1972, Black September, melancarkan pembantaian di Munich terhadap para atlet Israel di perkampungan olimpiade di Munich, Jerman.

Baca juga:Tak Kalah Mengerikan dari Kelompok Teroris, Berikut 6 Kelompok Militan dengan Teror Mengerikan

Tidak hanya Black September yang muncul sebagai kelompok teroris, organisasi lainnya yang memilih berjuang melawan Israel dan kemudian dijuluki sebagai kelompok teroris juga masih ada.

Salah satunya adalah Harakat al-Muqawamat al Islamiyyah atau lebih dikenal dengan singkatan Hamas.

Kelompok ini menggerakkan perlawanan terhadap Israel yang terkenal dengan aksi Intifada.

Di antara aksinya adalah serangan bom bunuh diri. Hamas berhasil menyaingi Fatah sebagai organisasi perlawanan Palestina, bahkan menguasai seluruh wilayah jalur Gaza.

Baca juga:BREAKING NEWS: Mapolda Riau Diserang, Pagar Ditabrak, Polisi Dibacok

Sejak Hamas unggul, berbagai organisasi perlawanan Palestina lainnya, kecuali Fatah, tenggelam baik nama maupun peran mereka.

Selain di Palestina kelompok perlawanan yang ingin mendirikan negara baru dan kemudian memunculkan aksi kekerasan yang disebut terorisme juga pernah ada, seperti disebut di atas adalah Srilanka.

Di Srilanka tahun 1976 pernah berdiri kelompok teroris Liberation Tiger of Tamil Elam atau lebih dikenal dengan Macan Tamil.

Organisasi para militer ini didirikan oleh Vellupilai Prabhakaran, dengan tujuan memisahkan diri dari Srilanka untuk membentuk negara Tamil di bagian utara.

Baca juga:Sirimavo Bandaranaike, Pendiri Republik Srilanka yang ‘Disingkirkan’ oleh Anaknya Sendiri

Kampanye LTTE menimbulkan perang saudara yang lama dan mengakibatkan puluhan ribu orang tewas.

Aksi teror Macan Tamil dengan bom bunuh diri berhasil membunuh sejumlah pejabat penting, termasuk di antaranya PM Rajiv Gandhi dari India.

Baru pada tahun 2009 LTTE dapat ditaklukkan oleh militer Srilanka.

Selanjutnya dunia dihebohkan oleh kelompok Al Qaeda yang artinya Basis atau The Base.

Al Qaeda, didirikan oleh warga Arab Saudi bernama Osama bin Laden pada 1988, kelompok ekstrem ini berupaya menghentikan pengaruh asing di negara-negara Islam, serta mengusahakan terbentuknya kembali negara kekhalifahan seperti masa lalu.

Bin Laden memerintahkan serangan terornya dari Afghanistan, dimana salah satu yang paling menghebohkan dunia serangan ke gedung-gedung utama di daratan Amerika. Serangan ini dikenal sebagai peristiwa 9/11 karena terjadi pada tanggal 11 September 2001.

Dalam peristiwa tersebut, 19 anggota Al Qaeda membajak empat pesawat komersial, lalu menabrakkan dua di antaranya ke gedung kembar WTC di New York. Sebuah lainnya ditabrakkan ke Pentagon, dan sebuah lagi jatuh dalam penerbangan menuju Washington DC.

Perang terhadap Al Qaeda berlangsung hingga waktu yang cukup lama, dan baru meluruh setelah Osama bin Laden terbunuh dalam serangan pasukan khusus AS di Abbottabad, Pakistan, sepuluh tahun setelah peristiwa yang merengut nyawa hingga 3.000 orang dan melukai 6.000 orang lainnya.

Cita-cita mendirikan kekhalifahan selanjutnya dikejar ISIS (Negara Islam Irak Suriah), yang terhitung dilahirkan oleh Al-Qaeda.

Pencantuman Irak dan Suriah semata-mata untuk menyebut bahwa pusat kekuatan kelompok ini ada di dua negara tersebut.

Organisasi yang dipimpin oleh Abu Umar al-Baghdadi ini juga disebut-sebut terkait dengan serangan bom Thamrin, Jakarta (awal 2016) dan memiliki jalinan mata rantai dengan kelompok Santoso di Poso.

Dalam lima tahun terakhir, mereka gencar melakukan serangan di berbagai negara, terutama di Eropa dan juga Indonesia.

Serangan teror di Indonesia yang berlangsung saat ini (Mei 2018), sesuai pernyataan Polri dilakukan oleh kelompok teroris JAD yang telah berafiliasi dengan ISIS.

Tapi yang jelas upaya-upaya mendirikan negara baru dengan cara-cara kekerasan itu tidak akan pernah diterima oleh masyarakat dunia .

Aksi terorisme bahkan harus dilawan dan dihentikan oleh aparat keamanan yang didukung masyarakat . Salah satunya adalah melalui cara-cara yang tidak menunjukan rasa takut pada aksi terorisme itu.

Baca juga:Black September, Teroris yang Suka Beraksi di Bulan September. Pernah Bikin Israel-AS Kalang Kabut

Artikel Terkait