Intisari-Online.com - Tiga bom meledak di tiga gereja ki kota Surabaya Minggu (13/5/2018) pagi.
Ledakan bom yang terjadi di depan Gereja Kristen Kristen (GKI) Jl Diponegoro, Surabaya, Minggu (13/5/2018) diduga berasal dari pelaku bom bunuh diri.
Hal ini semakin menambah deretan panjang pelaku bom bunuh diri di Indonesia.
Meski banyak yang telah melakukan bom bunuh diri, namun nyatanya semakin banyak teroris yang muncul.
Baca Juga:Bom Bunuh Diri: Fanatisme Individual atau Mekanisasi Teknik Militer Berbasis Manusia?
Baca Juga:Kisah Mantan Terpidana Teroris: Dari Jualan di Lapas Sampai Bantu Polri Tangkal Radikalisme
Lalu, bagaimana sebenarnya para teroris merekrut anggota baru?
Dilansir dari nydailynews.com, mereka mengungkap bagiamana salah satu kelompok teroris, ISIS melakukan perekrutan anggota melalui internet.
Alasannya sudah jelas, karena internet jangkauannya sangat luas dan dalam dan mereka tahu cara menggunakan web untuk hampir setiap aspek operasinya, dari penggalangan dana hingga rekrutmen, operasi hingga propaganda.
ISIS menggunakan media sosial seperti YouTube, Facebook, dan Twitter untuk menjangkau individu di seluruh dunia, bahkan Amerika Serikat.
Baca Juga:Ternyata Begini Cara Kerja Telegram, Aplikasi Kirim Pesan yang Disukai Teroris
Jika seseorang tidak puas dan merasa kehilangan hal di suatu daerah/negara, para radikal akan mengiriminya referensi dan tautan materi promosi tentang ISIS dan mendorong orang tersebut kepada radikalisasi.
Mereka akan memiliki video YouTube dengan kualitas produksi tinggi, grafis yang bagus dan musik yang menarik.
Merek tahu cara menyampaikan pesan, juga menyandingkan pejuang yang tampak tangguh dengan anak-anak kucing dan mainan.
Mereka membuat 'perjuangan' terlihat menyenangkan,dan menarik bagi pengguna online.
Baca Juga:Polri Himbau Masyarakat Tak Sebar Foto Korban Bom Surabaya: Inilah 3 Bahaya Menyebar Foto Korban Bom
Setelah itu, mereka mungkin akan meminta orang yang akan direkrut untuk pergi ke tempat-tempat seperti Suriah atau Irak.
Mereka biasanya menggunakan WhatsApp dan aplikasi komunikasi terenkripsi lainnya, lalu promotor ISIS di media sosial akan mengirimkan informasi kontak untuk perekrut ISIS, yang akan memeriksa calon anggota dan mengirimnya ke saluran.
Seseorang mungkin dihubungi oleh seorang penyelundup.
Dia akan memberitahunya untuk terbang ke suatu tempat.
Di sana, orang itu akan dihubungi oleh perwakilan ISIS lainnya, dijemput dan diselundupkan ke Suriah dan Irak.
Beberapa orang ISIS mungkin bertindak sendiri di dalam Amerika Serikat atau Eropa, sehingga mereka dapat mengirimkan rincian tentang cara membuat bahan peledak atau mendapatkan senjata api.
Mereka juga mungkin menghubungkan calon anggota dengan individu lainnya untuk tujuan terorisme.
Sebenarnya, kemungkinan seseorang untuk menemukan ISIS secara online cukup kecil.
Hal ini adalah salah satu hal yang harus dicari.
Jika seseorang menemukan sesuatu di internet yang ada hubungannya dengan online, sebaiknya dia menghubungi penegak hukum agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
Baca Juga:Sempat Ditanya Rencana Terorisme di Masa Depan, Ini Jawaban Osama bin Laden Saat Masih Hidup