(Baca juga: Gerakan Donasi 'Flashdisk' untuk Rakyat Korea Utara)
Untuk memasuki kompleks Pan Mun Jom, kami harus berbaris. Di dalam kompleks itu terdapat ruang penandatangan Armistice Agreement, perjanjian gencatan senjata antara dua Korea yang ditandatangani pada 27 Juli 1953, dan ruang konferensi Military Armistice Commission.
Kami juga masuk ke ruangan perbatasan yang mempunyai pintu, ke sisi Korea Selatan dan ke sisi Utara. Dalam perjalanan keliling kami melewati antara lain papan dengan tulisan Presiden Kim Il Sung (1912 - 1994) yang meninggal di kantornya sehari setelah menandatangani naskah tersebut. Tepatnya tanggal 7 bulan 7 tahun 1994, pada usia 82 tahun.
Sore harinya dalam perjalanan menuju Children Palace, kami melewati jalan-jalan yang penuh dengan apartemen untuk rakyat. Konon ada sekitar 500.000 buah. Namun gedung apartemen yang memang besar itu terlihat kumuh.
Setiap apartemen luasnya sekitar 125 m2 dan tersedia lift. Konon di daerah pedesaan, rumah-rumah juga berbentuk seragam dan tidak boleh lebih dari 3 tingkat.
Jalan-jalan kelihatan sepi, kami jarang berpapasan dengan mobil lain. Jalanan juga relatif bersih dan terawat. Begitu juga sungai, terlihat bersih. Ketika melewati kompleks olahraga, kelihatannya setiap cabang olahraga memiliki gedung sendiri.
Jadi kempo, taekwondo, tinju , bulutangkis, senam, renang, dan sebagainya itu memiliki gedungnya sendiri-sendiri. Total ada 30.000 apartemen di perkampungan olahraga itu.
Saat itu kami juga melihat banyak anak berlatih untuk Arirang, sebuah pertunjukan senam kolosal terkenal yang diadakan setiap tahun. Biasanya Arirang dimulai setiap tanggal 15 Agustus.
Namun tahun 2007 itu jadwal pertunjukannya dipercepat karena disesuaikan dengan liburan sekolah. Ada baiknya, jika tertarik untuk menonton, Anda mencari tahu terlebih dahulu jadwal pertunjukkannya. Karena bisa jadi akan berbeda setiap tahun.
Di gedung yang megah, mewah, dan luas, Children Palace, kami disuguhi pertunjukan indah musik anak-anak Korea Utara. Konon, semua murid di sini belajar di sekolah kesenian. Mereka belajar musik dan akrobat tanpa biaya.
Pendidikan di Korea Utara memang sangat diperhatikan. Pemerintah membebaskan biaya selama enam tahun di sekolah menengah. Setelah lulus sekolah, semua siswa diberi pekerjaan sehingga mandiri.
Selain itu setiap rakyat di sana mendapat jatah beras gratis sebanyak 700 g sehari. Kesehatan pun gratis. Para dokter bekerja di rumah sakit pada pagi hari dan sorenya berkunjung ke rumah-rumah penduduk.
Selain itu, konon semua rakyat Korea Utara senang makan buah segar (tetapi selama di sana kami jarang mendapat buah). Karena itu jarang ada anak yang cacat atau pakai kacamata. Sebelum kembali ke Pyongyang, kami juga sempat mampir di Koryo Museum.
(Irawati/Majalah Intisari Mei 2009)
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR