Intisari-Online.com – Sekesal apa pun kita pada anak, ada baiknya untuk menghindari cara marah kepada anak yang 'haram' untuk dilakukan berikut ini. Sebab, anak-anak yang kerap mengulangi kesalahan yang sama, membantah perkataan, melawan, hingga anak yang keras dan bebal.Padahal, tidak sepenuhnya kesalahan ada pada si anak, jangan-jangan kita sudah salah langkah saat menegur dan memarahinya. Jika kita memarahi anak dengan cara ini, jangan heran kalau kenakalannya semakin menjadi.
(Baca juga: Daripada ‘Ngamuk’ Akibat Stres dan Marah, Lebih Baik Istirahat Agar Pikiran Menjadi Tenang)
Terburu-buru marah
Ini bisa jadi faktor kebiasaan. Kita yang sudah terbiasa memarahi anak sehingga tidak mendengarkan dan menganalisa kesalahannya terlebih dahulu. Amarah langsung memuncak dengan sedikit kesalahan yang dilakukan anak. Sebaiknya kita jangan mencampuradukkan persoalan pribadi kita (pekerjaan, hubungan rumah tangga, ekonomi) ketika berhadapan dengan anak. Redamlah emosi, amarah yang terburu-buru jutru semakin mengeruhkan situasi.
Mengomel tanpa henti
Sedikit kesalahan diganjar dengan omelan yang tak kunjung henti. Kita mulai mengomelinya dari A-Z. Apakah ini akan mengubah anak? Kemungkinan besar tidak, anak akan bersikap masa bodoh dan menganggap omelan kita sepintas lalu. Ia hanya akan memaksa diri untuk mendengar dan lama kelamaan menjadi bosan. Anak juga bisa membalas omelan kita kalau ia merasa omelan kita terlalu panjang. Satu lagi, omelan bukanlah suatu hukuman yang membuat anak jera.
(Baca juga: Lekas Marah dan Gampang Depresi? Jangan-jangan Kita Kekurangan Vitamin D)
Membanting Barang
Kalau kita termasuk orang tua yang suka membanting benda atau pintu saat kita marah, maka segeralah berubah. Karena kemarahan seperti ini adalah contoh yang sangat buruk bagi anak. Ia akan berpikir, membanting barang dan pintu adalah sesuatu yang lazim dilakukan saat situasi hati tidak baik. Kita justru mendidik anak menjadi pemarah dengan cara ini.
Mendiamkan berhari-hari
Marah dengan puasa berbicara dengan anak bukanlah amarah yang bijak. Anak memang akan menebak-nebak kesalahan apa yang dilakukannya. Tapi ingatlah, pesan yang disampaikan dengan jelas saja, belum tentu diterima oleh anak. Dengan mendiamkan anak sampai berhari-hari hanya akan membuat hubungan dengan anak semakin renggang dan permasalahan tidak tuntas.
Kekerasan Fisik dan Verbal
Amarah dengan kekerasan fisik seperti memukuli, menampar, dan mencubit dengan keras hanya akan menimbulkan efek traumatik pada anak. Ia tidak mengingat pesan kita karena pikirannya tertuju pada rasa sakit dan terluka karena pukulan kita. Kekerasan verbal juga tidak dianjurkan. Perkataan “Gitu aja, enggak bisa,” “Dasar bodoh!”, dan “Anak siapa sih kamu, goblok banget!” hanya akan membuat ia merasa tidak dianggap dan mengganggu perkembangannya karena stigma itu.