Lebih Dekat dengan Batik Pesisir Lewat Ungkap Singkap Kisah Batik Pesisir 3 Museum

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Batik pesisir mempunyai corak yang berbeda dari batik Vorstenlanden (Solo dan Yogyakarta). Mendapat banyak pengaruh dari budaya peranakan.
Batik pesisir mempunyai corak yang berbeda dari batik Vorstenlanden (Solo dan Yogyakarta). Mendapat banyak pengaruh dari budaya peranakan.

Batik pesisir mempunyai corak yang berbeda dari batik Vorstenlanden (Solo dan Yogyakarta). Mendapat banyak pengaruh dari budaya peranakan.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Batik di Pulau tak hanya monopoli Solo dan Yogyakarta. Ada juga batik pesisir yang keberadaannya kerap mencuri perhatian dan bikin bangsa Indonesia bangga.

Secara garis besar, apa yang dikategorikan batik pesisir adalah batik yang berkembang di luar benteng keraton, baik Kasunanan Surakarta maupun Kesultanan Yogyakarta. Batik-batik ini mendapat pengaruh besar dari budaya-budaya luar, seperti China dan India.

Berbicara tentang batik pesisir biasanya akan merujuk pada batik-batik yang berasal dari Cirebon, Indramayu, Pekalongan, Lasem, Tuban, Lamongan, Gresik, hingga Surabaya.

Jumat (18/10), tiga perempuan inspiratif berbagi kisah tentang batik pesisir dalam acara bertajuk Ungkap Singkap Kisah Batik Pesisir 3 Meseum. Merekada adalah Nurhayati Sinaga dari Museum Batik Pekalongan, Retna Dyah Radityawati dari Museum Kartini Rembang, dan Agni Malagina dari Museum Nyah Lasem. Hadir juga Mahandis Yoanata Thamrin dari National Geographic Indonesia dan Intisari.

Dalam pemaparannya yang singkat, Nurhayati Sinaga bercerita ekosistem batik di Pekalongan, Jawa Tengah. Termasuk di antaranya "menenangkan" kita semua dari ketakutan punahnya para pengrajin batik di Indonesia.

Sementara itu Nana, panggilan Retna Dyah, banyak berbicara tentang hubungan antara Kartini dan batik. Kartini, yang surat-suratnya kepada Nyonya Abendanon begitu masyhur, lebih dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita. Tapi banyak yang lupa, wanita kelahiran Jepara pada 21 April 1879 itu punya hubungan erat dengan batik.

Lalu Agni Malagina banyak bercerita tentang bagaimana aktivitasnya di Museum Nyah Lasem, museum yang memang punya perhatian lebih terhadap batik pesisir, terutama batik lasem sendiri.

Selain didukung oleh tiga institusi/komunitas yang disebut di atas, accara Ungkap Singkap Kisah Batik Pesisir 3 Museum ini juga didukung oleh Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, National Geographic Indonesia dan Intisar. Kita berharap, acara-acara seperti ini terus ada supaya warisan leluhur tetap lestari dan terus ada.

Singkat tentang batik pesisir

Menurut beberapa sumber, penggolongan batik sudah ada sejak zaman Belanda. Ketika itu, Belanda mengelompokkan batik menjadiBatik Vorstenlanden dan Batik Pesisir. Batik Vorstenlanden adalah batik dari area Solo dan Yogyakarta, sementara Batik Pesisir adalah batik-batik yang dikerjakan di luar dua daerah tersebut.

Mengutip Kompas.com, istilah Batik Pesisir sendiri muncul karena berkembang di daerah pesisir Pulau Jawa, seperti Cirebon, Indramayu, Lasem dan Bakaran. Berbeda dengan batik keraton, batik pesisir lebih diutamakan sebagai barang dagangan.

Dalam perjalanannya, Batik Pesisir baru berkembang luas sekitar abad ke-19, yang disebabkan oleh adanya kemunduran produksi tekstil dari India, yang saat itu menjadi produsen kain terbesar yang dijual ke Pulau Jawa.

Barulah saat para pengusaha Indo-Belanda datang, Batik Pesisir semakin berkembang pesat. Batik pesisir mempunyai beberapa ciri, di antaranyaragam hiasnya flora dan fauna dan bersifat natural, warna batiknya beraneka ragam, pilihan warna dan motifnya dinamis atau tidak kaku, Batik Pesisir tradisional banyak menggunakan warna merah dan biru, dan mendapat banyak pengaruh dari budaya peranakan.

Batik pesisir punya banyak motif. Di antaranyaMotif Buketan, Motif Jlamprang, Motif Tiongkok, Motif Islami, Batik Pekalongan, Batik Cirebon, Batik Indramayu, dan lain sebagainya.

Artikel Terkait