Batik Parang, Baju Bangsawan Mataram Hingga Mitos Hubungan dengan Ratu Kidul

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Batik Parang Klithik yang dikenakan oleh Ratu dan Putri Mataram Islam.
Ilustrasi - Batik Parang Klithik yang dikenakan oleh Ratu dan Putri Mataram Islam.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di antara liku-liku benang dan canting, terukir kisah yang teramat panjang. Batik Parang, lebih dari sekadar selembar kain berhias motif.

Ia adalah saksi bisu perjalanan sejarah, simbol kekuasaan, dan bahkan jembatan penghubung antara dunia manusia dengan alam gaib. Mari kita telusuri lorong waktu, menelisik jejak-jejak sejarah Batik Parang yang teramat kaya.

Di tanah Jawa yang subur, di mana legenda dan sejarah berkelindan, lahirlah Batik Parang. Konon, motif ini tercipta dari tangan Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam, di abad ke-16.

Saat bermeditasi di tepi Samudra Selatan, ia terpesona oleh debur ombak yang tak henti menghantam karang.

Gerakan ombak yang ritmis, bergulung-gulung tak kenal lelah, menginspirasinya untuk menciptakan motif garis miring yang dinamis, yang kemudian dikenal sebagai motif Parang.

Ada pula yang meyakini bahwa kata "Parang" berasal dari kata "Pereng" yang berarti lereng atau tebing. Tebing-tebing di pesisir selatan Jawa, yang kokoh menantang gempuran ombak, juga menjadi inspirasi bagi terciptanya motif ini.

Bagaimanapun asal-usulnya, Batik Parang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Jawa, khususnya di lingkungan Keraton Mataram.

Sejak awal, Batik Parang bukan sekadar kain biasa. Ia adalah simbol kekuasaan dan kebesaran raja-raja Mataram.

Motif garis miring yang saling berkesinambungan melambangkan semangat pantang menyerah, perjuangan tanpa henti, dan kepemimpinan yang bijaksana.

Setiap motif Parang memiliki makna filosofis yang mendalam. Parang Rusak, misalnya, melambangkan perjuangan melawan hawa nafsu.

Parang Barong, dengan motif huruf "S" yang besar, melambangkan kekuatan dan kepemimpinan. Parang Klitik, dengan motif yang lebih kecil dan halus, melambangkan kelembutan dan keanggunan.

Jalinan Mistis dengan Ratu Kidul

Tak hanya sarat makna filosofis, Batik Parang juga dibalut dengan aura mistis. Legenda yang berkembang di masyarakat Jawa mengaitkan Batik Parang dengan Ratu Kidul, penguasa mistis Samudra Selatan.

Konon, Panembahan Senopati memiliki hubungan spiritual yang erat dengan Ratu Kidul. Batik Parang dianggap sebagai simbol ikatan suci antara raja-raja Mataram dengan penguasa laut selatan tersebut.

Mitos ini diperkuat dengan adanya larangan bagi masyarakat umum untuk mengenakan Batik Parang dengan motif tertentu.

Hanya raja dan keluarganya yang diperkenankan mengenakan Batik Parang Barong, motif yang dianggap paling sakral.

Larangan ini menunjukkan betapa tingginya nilai spiritual yang terkandung dalam Batik Parang.

Batik Parang dalam Dinamika Zaman

Seiring berjalannya waktu, Batik Parang mengalami perkembangan dan modifikasi. Berbagai variasi motif Parang bermunculan, menyesuaikan dengan selera dan kebutuhan zaman.

Namun, esensi dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap terjaga.

Kini, Batik Parang bukan hanya milik bangsawan Mataram. Ia telah menjadi warisan budaya Indonesia yang mendunia.

Keindahan dan filosofi yang terkandung di dalamnya menarik perhatian pecinta batik dari berbagai penjuru dunia. Batik Parang hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari pakaian, aksesoris, hingga karya seni.

Di era modern ini, penting bagi kita untuk melestarikan Batik Parang sebagai warisan budaya leluhur.

Kita dapat melakukannya dengan berbagai cara, mulai dari mengenakan batik dalam berbagai kesempatan, mempelajari sejarah dan filosofinya, hingga mendukung para perajin batik.

Dengan demikian, kita turut menjaga kelestarian budaya Indonesia dan meneruskan kisah Batik Parang kepada generasi mendatang.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait