Di Bawah Naungan Pancasila Jauh dari Bayang-Bayang Komunisme: Perbedaan Ideologi Pancasila dan Komunisme

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Rangkuman Hubungan Pancasila dengan UUD 1945
Rangkuman Hubungan Pancasila dengan UUD 1945

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com -“Bhinneka Tunggal Ika”, semboyan yang terukir indah di lambang negara kita, adalah cerminan jiwa bangsa Indonesia. Sebuah bangsa yang lahir dari rahim perjuangan, dibesarkan dalam buaian keberagaman, dan bernaung di bawah payung Pancasila.

Namun, sejarah juga mencatat, pernah ada bayang-bayang ideologi lain yang mencoba menyelimuti negeri ini, yakni komunisme. Mari kita telusuri jejak-jejak sejarah, untuk memahami perbedaan mendasar antara kedua ideologi ini.

Pancasila: Mutiara Kearifan Lokal

Pancasila bukanlah sekadar lima sila yang tertulis di atas kertas. Ia adalah saripati nilai-nilai luhur yang telah mengakar dalam budaya dan tradisi bangsa Indonesia sejak dahulu kala.

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Lima sila ini, bagaikan lima jari yang saling menggenggam, membentuk sebuah kesatuan yang kokoh.

Pancasila mengajarkan kita untuk hidup berdampingan secara damai, menghargai perbedaan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ia adalah landasan bagi terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, di mana setiap individu memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Komunisme: Utopia yang Kandas

Komunisme, di sisi lain, adalah sebuah ideologi yang lahir dari pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels. Ia menawarkan sebuah visi masyarakat tanpa kelas, di mana semua orang memiliki kedudukan yang sama dan sumber daya dibagi secara merata.

Namun, sejarah telah membuktikan bahwa utopia ini sulit, bahkan mustahil, untuk diwujudkan.

Penerapan komunisme di berbagai negara, seperti Uni Soviet dan Tiongkok, justru melahirkan rezim otoriter yang menekan kebebasan individu dan melanggengkan kesenjangan sosial.

Komunisme juga bertentangan dengan nilai-nilai agama, karena ia menolak keberadaan Tuhan dan menganggap agama sebagai “candu masyarakat”.

Perbedaan yang Mendasar

Pancasila dan komunisme adalah dua ideologi yang berbeda secara diametral. Pancasila mengakui keberadaan Tuhan dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama, sementara komunisme bersifat ateis dan anti-agama.

Pancasila menghargai hak milik individu, sedangkan komunisme menganut sistem kepemilikan bersama. Pancasila menjunjung tinggi demokrasi dan kebebasan berpendapat, sementara komunisme cenderung melahirkan rezim otoriter yang membungkam kritik.

Pancasila dalam Pusaran Sejarah

Perjalanan Pancasila sebagai ideologi bangsa tidak selalu mulus. Ia pernah diuji, bahkan hampir tergantikan, oleh ideologi lain. Salah satu ujian terberat datang pada tahun 1965, ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) melancarkan pemberontakan yang dikenal sebagai Gerakan 30 September.

Pemberontakan ini, yang bertujuan menggulingkan pemerintahan yang sah dan mengganti Pancasila dengan komunisme, berhasil digagalkan oleh TNI dan rakyat Indonesia.

Peristiwa ini menjadi titik balik dalam sejarah bangsa. Komunisme, yang pernah dianggap sebagai alternatif bagi Pancasila, akhirnya terkubur dalam-dalam. Pancasila, yang telah teruji oleh waktu dan sejarah, semakin kokoh berdiri sebagai ideologi bangsa.

Pancasila: Cahaya di Tengah Kegelapan

Di tengah arus globalisasi dan berbagai tantangan yang dihadapi bangsa, Pancasila tetap menjadi bintang penuntun bagi Indonesia. Ia adalah cahaya yang menerangi jalan di tengah kegelapan, memberikan harapan dan semangat bagi generasi penerus bangsa.

Pancasila mengajarkan kita untuk menghargai keberagaman, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan berjuang untuk keadilan sosial. Ia adalah warisan berharga dari para pendiri bangsa, yang harus kita jaga dan lestarikan.

Penutup: Pancasila Abadi

Sejarah telah mengajarkan kita bahwa Pancasila bukanlah sekadar ideologi, melainkan jiwa bangsa Indonesia. Ia adalah kristalisasi nilai-nilai luhur yang telah mengakar dalam budaya dan tradisi kita. Pancasila adalah landasan bagi terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Mari kita jaga Pancasila, lestarikan nilai-nilainya, dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpegang teguh pada Pancasila, kita akan mampu menghadapi berbagai tantangan dan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih gemilang.

“Pancasila abadi, tetap jaya sepanjang masa!”

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait