Pengembalian Irian Barat
Pada awalnya, Indonesia mengupayakan jalan diplomasi melalui tuntutan terhadap Belanda untuk mengembalikan kawasan Irian Barat ke Indonesia.
Upaya diplomasi tersebut mengalami kegagalan, sehingga Soekarno memutuskan untuk melakukan perang terbuka dengan Belanda.
Kebijakan Soekarno dalam penyelesaian masalah Irian Barat menunjukkan ketegasan politik luar negeri Indonesia untuk memperjuangkan kedaulatan NKRI secara utuh.
Politik New Emerging Forces (NEFOS)
Gagasan politik NEFOS disampaikan oleh Soekarno pada KTT Non-Blok tahun 1961.
Penyampaian gagasan NEFOS merupakan realisasi dari pidato Soekarno "Membangun Dunia Kembali" yang bertujuan untuk melakukan konfrontasi penuh melawan kolonialisme dan imperialisme.
Dalam pidatonya, Soekarno menyatakan bahwa permasalahan internasional merupakan dampak dari pertentangan antara kekuatan lama (OLDEFOS) dan kekuatan baru yang berisi negara progresif (NEFOS).
Soekarno mengajak negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok untuk bersama-sama melawan dominasi OLDEFOS di dunia Internasional.
Ajakan tersebut mendapatkan penolakan dengan alasan menyalahi prinsip dasar yang telah disepakati dalam pembuatan GNB.
Konfrontasi Indonesia dan Malaysia
Indonesia menerapkan politik luar negeri yang konfrontatif terkait konflik dengan Malaysia.
Soekarno menganggap bahwa pendirian federasi Malaysia oleh Inggris merupakan bentuk imperialisme baru (neo-imperialism) di kawasan Asia Tenggara serta mengganggu ketertiban wilayah Indonesia.
Begitulah, pada masa Demokrasi Terpimpin terdapat perubahan politik di mana Indonesia mulai menancapkan posisinya dalam peta politik dunia. Salah satunya adalah konfrontasi dengan Malaysia dan dan kecenderungan Bung Karno untuk condong ke blok komunis.
Dapatkan artikel terupdate Intisari-Online.com di Google News
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR