Dengan meletakkan satu tangan di kepala anak itu, Santa memejamkan mata dan berdoa. Ia meminta agar Tuhan menyentuh sedikit Sarah, dan menyembuhkan tubuhnya dari penyakit ini. Ketika selesai berdoa, masih dengan mata tertutup, ia mulai bernyanyi, lembut, “Silent Night, Holy Night….. “
Semua yang ada di ruangan itu ikut menyanyi, tersenyum pada Sarah, dan menangis karena harapan. Ketika lagu berakhir, Santa duduk di sisi tempat tidur, lalu memegang tangan Sarah yang lemah.
“Sekarang,” katanya, “Kau memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, yaitu berkonsentrasi pada yang terbaik untuk tubuhmu. Aku ingin kau bersenang-senang, bermain dengan temanmu di musim panas, dan aku berharap bisa bertemu denganmu di pusat pertokoan tahun depan!”
Mark tahu itu berisiko, karena ia tahu bahwa gadis kecil ini menderita kanker terminal, tapi ia harus mengatakan itu. Ia harus memberinya hadiah terbesar yang ia bisa, bukan boneka atau permainan, tetapi karunia Harapan.
“Ya, Santa!” seru Sarah, matanya cerah. Santa lalu membungkuk dan mencium dahi, dan meninggalkan ruangan.
Ibu dan nenek Sarah menyelinap keluar dari ruangan dengan cepat dan bergegas ke samping Santa untuk berterima kasih padanya.
Satu tahun kemudian, Mark, yang kembali berperan menjadi Santa Claus, di pusat pertokoan, melakukan pekerjaan musimannya yang sangat ia sukai. Beberapa minggu berlalu dan kemudian suatu hari seorang anak duduk di pangkuannya.
“Hai, Santa! Ingat saya?”
“Tentu saja, ingat.” Santa, seperti yang dilakukan sebelumnya, tersenyum kepada anak-anak. Dan membuat seolah-olah mereka selalu diingat oleh Santa.
“Santa, kau menemui saya di rumah sakit setahun yang lalu!”
Rahang Santa turun. Air mata hampir saja melompat dari matanya, dan ia meraih keajaiban kecil ini lalu memeluknya di dada.
“Sarah!” seru Santa. Ia hampir tak mengenalinya, rambutnya panjang, pipinya halus dan kemerahan, jauh berbeda dengan gadis kecil yang telah dikunjunginya setahun lalu. Ia menoleh dan melihat Ibu dan Nenek Sarah di sela-sela tersenyum, melambaikan tangan, dan menyeka mata mereka.
Itu adalah Natal terindah yang pernah dilakukan oleh Santa Claus.
Ia sendiri menyaksikan, bagaimana sebuah keajaiban Natal menjadi kenyataan. Anak kecil itu disembuhkan. Bebas kanker. Hidup dan sehat. Diam-diam ia mendongak ke atas dan dengan rendah hati berbisik, “Terima kasih, Tuhan! Merry Christmas!”
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR