Kemitraan itu di antaranya berisi bahwa angkatan udara mereka dapat berlatih di wilayah udara satu sama lain.
Kesepakatan yang diikuti dengan beberapa perjanjian kerja sama senjata itu diketahui mendapat krutikan keras oleh beberapa negara Arab dan Iran.
Setelah lama "bersahabat" hubungan keduanya menurun ketika Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan keluar dari Forum Ekonomi Dunia di Davos pada Januari 2009.
Erdogan melakukan sebagai protes atas serangan besar-besaran Israel di Gaza terhadap gerakan Islam Palestina Hamas.
Operasi 22 hari itu menelan korban jiwa 1.440 warga Palestina dan 13 warga Israel.
Lalu sebuah krisis besar meletus pada Mei 2010.
Saat itu pasukan komando Israel melancarkan serangan sebelum fajar di kapal Mavi Marmara.
Kapal itu adalah bagian dari armada yang mencoba mengangkut bantuan ke Jalur Gaza yang bertentangan dengan blokade angkatan laut.
Turki kemudian menarik duta besarnya dan mengurangi hubungan ekonomi dan pertahanan dengan Israel.
Pada Maret 2013, di bawah tekanan dari Presiden AS Barack Obama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta maaf kepada Turki dan mengumumkan kompensasi bagi keluarga mereka yang terbunuh.
Erdogan menerima permintaan maaf itu.
Namun, pada Juli 2014, Erdogan tetap mempertahankan retorika yang berapi-api, menuduh Israel "menjaga semangat Hitler tetap hidup" atas serangan besar-besaran di Gaza.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR