“Itu adalah kompromi Iran untuk mencoba menjaga hubungan positif dengan negara-negara Barat yang pro-Zionis dan gerakan Zionis itu sendiri, dan juga dengan negara-negara tetangga Arab dan Muslim," lanjutnya.
Di bawah pemerintahan Raja Shah Mohammad Reza Pahlavi, Iran kemudian menjadi negara mayoritas Muslim kedua yang mengakui Israel sebagai negara setelah berdiri pada 1948, setelah Turki.
Selain itu, Israel kemudian menjalin hubungan dengan negara-negara non-Arab, termasuk menjalin hubungan kerja sama militer dan keamanan dengan Iran.
Kerja sama militer antara Iran dan Israel ternyata membuat pasukan gerilyawan yang menentang Shah menjalin hubungan dengan Yordania, Lebanon, dan Palestina.
Tujuan mereka adalah untuk melawan sang raja, Sang Shah.
Hubungan Iran dan Israel hampir berubah ketika Mohammad Mosaddegh menjadi perdana menteri Iran pada 1951.
Dia mempelopori nasionalisasi industri minyak yang dimonopoli oleh Inggris.
Untuk itu, Mosaddegh memutuskan hubungan dengan Israel yang menurutnya melayani kepentingan negara-negara Barat, termasuk Inggris.
Tapi pemerintahan Mosaddegh digulingkan dalam kudeta yang diorganisir badan intelijen Inggris dan Amerika Serikat pada 1953.
Kudeta tersebut mengangkat kembali Shah.
Shah lalu menjadi sekutu terdekat Amerika Serikat, sekutu utama Israel.
Kerja sama ekonomi, politik, dan militer pun dilakukan dengan Israel.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR