Hubungan Memanas Dan Kini Berpotensi Saling Perang, Siapa Sangka Dulu Iran Dan Israel Adalah Kawan

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Dulu Iran dan Israel adalah kawan, terutama ketika Iran berada di bawah rezim Reza Shah Pahlavi.
Dulu Iran dan Israel adalah kawan, terutama ketika Iran berada di bawah rezim Reza Shah Pahlavi.

Intisari-Online.com -Hubungan Iran dan Israel sedang memanas.

Pada Minggu (14/4) dini hari, Iran melancarkan serangan ke wilayah Israel menggunakan drone dan rudal balistik.

Kedua negara ini memang sudah saling bermusuhan sejak akhir 1970an.

Meski begitu, serangan pada Minggu kemarin itu adalah yang pertama terjadi.

Menurut otoritas Iran, serangan itu adalahrespons atas serangan Israel yang menyasar kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.

Barangkali banyak yang belum tahu, sebelum sekarang saling berseberangan, Iran dan Israel adalah kawan.

Tapi peta politik, terutama sejak masa Revolusi Iran, mengubah segalanya.

Di bawah kekuasaan Keluarga Pahlavi,Iran menjalin hubungan diplomasi yang baik dengan Israel.

Keluarga ini memerintah Iran dari1925 hingga digulingkan pada Revolusi 1979.

Ketika itu Iran menjadi salah satu negara dari 11 anggota komite khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk merancang solusi bagi Palestina, usai Inggris berhenti menguasai negara tersebut.

Iran menentang rencana pembagian tanah Palestina dengan Israel, karena khawatir akan meningkatkan kekerasan pada generasi mendatang.

“Iran, bersama India dan Yugoslavia mengajukan rencana alternatif, solusi federatif yaitu mempertahankan Palestina sebagai satu negara dengan satu parlemen tetapi dibagi menjadi wilayah Arab dan Yahudi,” kata sejarawan Oxford University, Eirik Kvindesland, diberitakan Al Jazeera.

“Itu adalah kompromi Iran untuk mencoba menjaga hubungan positif dengan negara-negara Barat yang pro-Zionis dan gerakan Zionis itu sendiri, dan juga dengan negara-negara tetangga Arab dan Muslim," lanjutnya.

Di bawah pemerintahan Raja Shah Mohammad Reza Pahlavi, Iran kemudian menjadi negara mayoritas Muslim kedua yang mengakui Israel sebagai negara setelah berdiri pada 1948, setelah Turki.

Selain itu, Israel kemudian menjalin hubungan dengan negara-negara non-Arab, termasuk menjalin hubungan kerja sama militer dan keamanan dengan Iran.

Kerja sama militer antara Iran dan Israel ternyata membuatpasukan gerilyawan yang menentang Shah menjalin hubungan dengan Yordania, Lebanon, dan Palestina.

Tujuan mereka adalah untuk melawan sang raja, Sang Shah.

Hubungan Iran dan Israel hampir berubah ketika Mohammad Mosaddegh menjadi perdana menteri Iran pada 1951.

Dia mempelopori nasionalisasi industri minyak yang dimonopoli oleh Inggris.

Untuk itu, Mosaddegh memutuskan hubungan dengan Israel yang menurutnya melayani kepentingan negara-negara Barat, termasuk Inggris.

Tapi pemerintahan Mosaddegh digulingkan dalam kudeta yang diorganisir badan intelijen Inggris dan Amerika Serikat pada 1953.

Kudeta tersebut mengangkat kembali Shah.

Shah lalu menjadi sekutu terdekat Amerika Serikat, sekutu utama Israel.

Kerja sama ekonomi, politik, dan militer pun dilakukan dengan Israel.

Menurut New Arab, Shah yang prihatin dengan kondisi itu lalu mendirikan salah satu badan intelijen terkenal dan brutal di Timur Tengah, SAVAK dengan bantuan dari dinas intelijen Israel, Mossad.

Dia juga menginisiasi perkembangan sistem rudal canggih sebagai pertahanan dan membuat perusahaan minyak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Israel bahkan mendirikan kedutaan de facto di Teheran, Iran.

Keduanya lalu bertukar duta besar pada 1970-an.

Hubungan perdagangan juga tumbuh dengan Iran menjadi penyedia minyak utama bagi Israel yang menyalurkannya ke Eropa.

Akibat kerja sama Iran dan Israel, timbul ketegangan dengan negara-negara Arab lainnya pada 1960 hingga 1970-an.

Pada 1979, Shah digulingkan dalam sebuah revolusi.

Sejak saat itu, Iran berubah menjadi Republik Islam Iran dan mengangkat Ayatollah Ruhollah Khomeini sebagai pemimpinnya.

Perubahan pemimpin membuat Iran berubah memperjuangkan Islam dan melawan AS, Israel, dan sekutunya.

Teheran memutuskan semua hubungan dengan Israel.

Warganya tidak bisa melakukan perjalanan dan penerbangan ke sana.

Kedutaan Israel di Teheran diubah menjadi kedutaan Palestina.

Iran diketahui membangun dan mendanai kelompok militer di Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman yang melawan Israel.

Sifat dan tingkat dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok ini pun dirahasiakan.

Namun, para pejabat Iran secara konsisten menegaskan dukungan mereka terhadap Palestina.

“Beberapa tahun yang lalu, warga Palestina berperang (melawan Israel) dengan batu. Namun saat ini, alih-alih menggunakan batu, mereka dilengkapi dengan rudal presisi. Ini menandakan pembangunan," ujar Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada 2019 saat menerima pemimpin Hamas ke Iran.

Saat ini, ketegangan antara Iran dan Israel masih terus berlangsung.

Israel didukung AS kerap melancarkan serangan karena teknologi nuklir yang dimiliki Iran.

Diberitakan NPR, serangkaian serangan sabotase dilakukan sejak awal 2000-an hingga 2020-an dengan bentuk virus komputer dan perusakan fasilitas nuklir Iran.

Iran bersikeras nuklir yang dimiliki untuk tujuan damai.

Namun, hal tersebut diragukan oleh pihak lawan.

Sebaliknya, Iran telah lama mendukung kelompok bersenjata di wilayah Timur Tengah yang menargetkan Israel dan militer AS, seperti Hizbullah di Lebanon, Hamas di Palestina, dan Houthi di Yaman.

Iran juga mendukung rezim Presiden Bashar Assad di Suriah.

Tindakan ini diklaim Israel sebagai upaya penggunaan wilayah Suriah untuk mengirimkan senjata ke Hizbullah.

Artikel Terkait