Dia menggabungkan pengetahuan ilmiahnya dengan pertanyaan filosofis, yang dirinci dalam studinya, "Al Qanun fil-Tibb" (The Canon of Medicine) dan "Kitab Al Shifa ”(Kitab Penyembuhan).
Penyelidikan filosofisnya kompleks, menggabungkan perspektif Aristotelian dan Platonis, dengan teologi Muslim.
Paradigmanya canggih, membagi semua pengetahuan menjadi teori (matematika, fisika, kimia, astronomi dan metafisika) dan ilmu praktis (filsafat, etika, ekonomi dan politik).
Sementara pandangan rasionalnya tentang hakikat Tuhan dan Kehidupan, membuatnya menyimpulkan bahwa ada tempat untuk dunia jasmani dan roh.
Karya pemikirannya dikagumi di seluruh dunia.
Paling mencolok salah satunya penghormatan untuknya terlihat di aula utama Fakultas Kedokteran Universitas Paris.
Sementara makamnya di Hamadan, tempat dia meninggal pada 1037, menjadi obyek wisata yang populer.
Ibnu Sina berusia 13 tahun ketika dia memulai mempelajari ilmu medis, dan dengan cepat mendapatkan reputasi yang baik.
Tak berselang lama dia lalu mendedikasikan semua usahanya untuk belajar kedokteran.
Status sebagai seorang dokter terkenal bahkan sudah diraihnya saat usianya masih 18 tahun.
Dalam periode itu dia berhasil menyembuhkan Nuh Ibnu Mansour, Penguasa Samanids.
Padahal semua tabib terkemuka saat itu sudah putus asa menangani penyakit Sultan Nuh II.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR