Intisari-Online.com -Ada sejumlah ilmuwan besar dan hebat yang muncul di masa Daulah Bani Abbasiyah.
Dari Imam Bukhari dan Imam Muslim dari kalangan ilmuwan hadis hingga Al-khawarizmi dari bidang matematika.
Di antara banyaknya ilmuwan yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah, siapakah yang paling menginspirasi kalian? Mengapa sosok itu menginspirasi kalian?
Tentu semua ilmuwan yang ada di zaman Abbasiyah menginspirasi, tapi kali ini kita akan membahas tentang Ibnu Haitam.
Dia adalahilmuwan muslim yang menulis karya monumental berjudul Kitab Optik.
Ibnu Al-Haitsam atau Ibnu Haitham merupakan seorang matematikawan dan astronom yang memberikan kontribusi signifikan untuk prinsip-prinsip optik dan eksperimen ilmiah.
Di Barat, dia dijuluki sebagai Alhazen.
Pria bernama lengkap Abu Ali Al-Hasam Ibnu Al-Haitsam ini lahir pada 965 di Basra, Irak dan meninggal pada 1040 di Kairo, Mesir.
Ibnu Al-Haitsam sangat cinta pada ilmu pengetahuan sehingga dia memutuskan untuk berhijrah ke Mesir.
Di Mesir, dia melakukan penyelidikan mengenai aliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.
Baca Juga: Bagaimanakah Gambaran Keharmonisan Intelektual Antarumat Beragama Di Masa Daulah Abbasiyah?
Seiring berjalannya waktu, Ibnu Al-Haitsam menjadi seorang yang mahir dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan falsafah.
Menurut Britannica, karya terpenting yang lahir dari pemikiran Ibnu Al-Haitsam adalah Kitab Al-Manazir (Kitab Optik).
Kitab Optik menggabungkan eksperimen dengan penalaran matematis.
Karya ini berisi formulasi lengkap hukum pemantulan dan penyelidikan refraksi yang terperinci, termasuk eksperimen yang melibatkan sudut datang dan deviasi.
Tak hanya itu, pembiasan dijelaskan dengan benar oleh cahaya yang bergerak lebih lambat di media yang lebih padat.
Karya-karya mengenai optik lainnya yang penting adalah termasuk Al-Qamar (Cahaya Bulan), Al-Hala Wa-Qaws Quzah (Halo dan Pelangi), Rat Al-Kusuf (Bentuk Gerhana; yang juga mencakup diskusi tentang kamera obscura), dan Al-Daw (Diskursus Cahaya).
Dalam Hal Shukuk fi Kitab Uqlids, Ibnu Al-Haitsam menyelidiki kasus-kasus tertentu dari teorema Euclid, menawarkan konstruksi alternatif, dan mengganti beberapa bukti tidak langsung dengan bukti langsung.
Karya astronomi paling terkenal Ibnu Al-Haitsam adalah Hay'at Al-Alam (Tentang Konfigurasi Dunia).
Dalam karya ini, dia menyajikan deskripsi nonteknis tentang bagaimana model matematika abstrak dari Almagest karya Ptolemy.
Sementara karya awal ini secara implisit menerima model Ptolemy, karya selanjutnya, Al-Shukuk Ala Batlamyus (Keraguan tentang Ptolemy), mengkritik Almagest, bersama dengan Hipotesis dan Optik Planetari Ptolemy.
Karya terbesar Ibu Al-Haitsam, Kitab Optik, tampaknya diabaikan di Timur sampai dikomentari oleh ahli matematika Kamal Al-Din Abu'l Hasan Muhammad Ibnu Al-Hasan Al-Farisi.
Terjemahan Latinnya dibuat oleh seorang sarjana yang tidak dikenal, mungkin pada awal abad ke-13.
Karya tersebut memiliki pengaruh besar tidak hanya pada pemikir abad ke-13 seperti Roger Bacon tetapi juga pada ilmuwan selanjutnya seperti astronom Johannes Kepler.
Ada beberapa terjemahan Latin dari karya Tentang Konfigurasi Dunia, sebuah buku yang memengaruhi Georg Peuerbach.
Secara umum, Ibnu Al-Haitsam juga merupakan orang pertama yang mempelajari bagaimana cara kerja mata untuk melihat.
Kamera yang dibuatnya pertama kali adalah kamera obscura atau lebih dikenal sebagai kamera lubang jarum.
Benda ini menujukkan bagaimana cahaya bisa digunakan untuk memproyeksikan gambar pada permukaan datar.
Saat membuat kamera pertama, Ibnu Al-Haitsam melakukan serangkaian percobaan tentang optik.
Dalam berbagai eksperimennya, dia menggunakan istilah Al-Bayt al-Muthlim yang diterjemahkan sebagai ruang gelap.
Ibnu Al-Haitsam dalam berbagai makalahnya juga menjelaskan bagaimana cara kerja kamera dalam membentuk sebuah citra atau gambar.
Meski membuatnya, Ibnu Al-Haitsam mengaku bahwa bukan dia yang menemukannya.
Dia menyatakan "Et nos non inventimus ita" dalam bahasa latin yang artinya, kami tidak menemukannya.
Begitulah, jika adalah pertanyaan, di antara banyaknya ilmuwan yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah, siapakah yang paling menginspirasi kalian, salah satunya adalah Ibnu Haitham.