Mereka kemudian melakukan hubungan dagang ke wilayah bagian timur, termasuk Indonesia.
Sejak berniaga di Indonesia, banyak pedagang Gujarat Islam yang menetap dengan alasan menunggu datangnya angin musim.
Alhasil, para pedagang Gujarat pun melakukan interaksi sosial dengan penduduk atau pedagang lokal.
Dari situlah terjadi asimilasi budaya melalui perkawinan.
Banyak pedagang Gujarat yang menikah dengan penduduk lokal Indonesia.
Lebih lanjut, lewat perkawinan itu pula ajaran agama Islam mulai tersebar dan berkembang di Indonesia.
Teori Gujarat kemudian dikembangkan oleh seorang asal Belanda bernama Snouck Hurgronje.
Menurut penjelasan Snouck, Islam saat itu menjadi agama mayoritas di beberapa kota pelabuhan Anak Benua India (Asia Selatan/India).
Banyak di antara mereka yang kemudian berdagang ke Nusantara dan menjadi penyebar Islam pertama.
Baru setelah itu disusul oleh orang-orang Arab yang melanjutkan penyebaran Islam di Nusantara.
Salah satu bukti sejarah masuknya Islam ke Nusantara menurut teori Gujarat adalah ditemukannya makam Malik As-Saleh 1297.
Makam Malik As-Saleh dikatakan mirip dengan batu nisan yang ada di Gujarat.
Pendapat ini turut didukung oleh sejumlah sejarawan lain, salah satunya Moquette.
Moquette telah melakukan penelitian terhadap batu nisan di Pasai dan Gresik, Jawa Timur.
Berdasarkan hasil penelitiannya, banyak batu nisan di tempat itu yang mirip dengan batu nisan di Gujarat.
Itulah artikel yang mencoba menjelaskan Apakah Teori Gujarat Ini Sudah Cukup Untuk Menjelaskan Masuknya Agama Islam Ke Indonesia, semoga bermanfaat.
Baca Juga: Deskripsi Salah Satu Kerajaan Islam yang Berkembang di Indonesia Bagian Barat: Samudera Pasai
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR