Kisah cinta tragis ini kemudian diabadikan dalam bentuk seni pertunjukan Reog Ponorogo.
Topeng macan yang dihiasi bulu merak yang dipakai oleh penari utama melambangkan Raja Singa Barong, yang memiliki wibawa dan keagungan. Topeng-topeng hewan atau manusia yang dipakai oleh penari lain melambangkan pasukan Raja Singa Barong, yang memiliki kekuatan dan keberanian.
Sedangkan penari kuda lumping melambangkan Raja Kelana Sewandana dan para warok, yang memiliki kesaktian dan kegagahan. Pertunjukan Reog Ponorogo juga mengandung makna filosofis, yaitu tentang keseimbangan antara budi, pekerti, dan rasa. Budi melambangkan akal dan pikiran, pekerti melambangkan perilaku dan moral, dan rasa melambangkan hati dan perasaan.
Reog Ponorogo mengajarkan bahwa manusia harus memiliki keseimbangan antara ketiga unsur tersebut, agar bisa hidup harmonis dan bahagia.
Jika salah satu unsur dominan atau kurang, maka akan menimbulkan ketidakseimbangan dan kesengsaraan. Misalnya, jika budi terlalu dominan, maka manusia akan menjadi sombong dan angkuh.
Jika pekerti terlalu dominan, maka manusia akan menjadi fanatik dan intoleran. Jika rasa terlalu dominan, maka manusia akan menjadi lemah dan emosional.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR