Mereka menaklukkan Malaka pada tahun 1511, dan kemudian menyusuri kepulauan Maluku, yang merupakan pusat produksi rempah-rempah, pada tahun 1512.
Portugis mendirikan benteng dan pos dagang di beberapa tempat, seperti Ternate, Ambon, dan Solor, dan menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan setempat.
Setelah Portugis, bangsa Eropa lain yang datang ke Nusantara adalah Spanyol, yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan.
Mereka melakukan pelayaran mengelilingi dunia pertama pada tahun 1519-1522, dan menemukan Filipina, yang kemudian menjadi koloni Spanyol.
Spanyol bersaing dengan Portugis di Maluku, dan bersekutu dengan Tidore, yang merupakan musuh dari Ternate.
Bangsa Eropa berikutnya yang datang ke Nusantara adalah Belanda, yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Mereka tiba di Banten pada tahun 1596, dan kemudian mendirikan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) pada tahun 1602, yang merupakan perusahaan dagang yang memiliki hak monopoli dan militer.
Belanda berusaha mengusir Portugis dan Spanyol dari Nusantara, dan menguasai jalur perdagangan rempah-rempah.
Belanda juga membangun benteng dan pos dagang di berbagai tempat, seperti Batavia, Makassar, Palembang, dan Banjarmasin, dan mengintervensi urusan politik kerajaan-kerajaan setempat.
Bangsa Eropa lain yang datang ke Nusantara adalah Inggris, yang dipimpin oleh James Lancaster.
Mereka tiba di Aceh pada tahun 1602, dan kemudian mendirikan EIC (East India Company) pada tahun 1600, yang merupakan perusahaan dagang yang bersaing dengan VOC.
Inggris berdagang dengan kerajaan-kerajaan di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, dan mendirikan pos dagang di beberapa tempat, seperti Bencoolen, Madras, dan Bengkulu.
Baca Juga: Inilah 5 Kitab Karangan Sebagai Peninggalan Sejarah Masa Hindu Buddha di Indonesia
Namun, karena tekanan dari Belanda, Inggris akhirnya menyerahkan kepentingannya di Nusantara kepada Belanda pada tahun 1824, dengan imbalan wilayah Singapura.
Demikianlah rangkuman artikel tentang Bagaiman Bangsa Eropa Bisa Sampai Wilayah Nusantara.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR