Bahkan, di sepanjang Sungai Lonuo ukurannya dapat sebesar telur burung merpati.
Selain itu di dataran Molombulahe dan Pohuwato ditemukan serbuk emas dalam bentuk butiran di dasar sungai dan bercampur dengan pasir.
Penambangan emas di daerah Gorontalo terdapat di daerah Balaya, Potanga, Batudulanga, Baginite, Nanasi, Lantia, Wongkaluhu, dan Lonuo.
Di Limboto penambangan emas terdapat di Patente, Sumalata, dan Lakea. Untuk daerah Bone adalah di Utadu dan Tinongkihia.
Di daerah Boalemo terdapat di Dulupi. Untuk daerah Katinggola penambangan dilakukan di Moawango, Binontu, Langki dan Langkian.
Penambang dari luar daerah Retno Sekarningrum sejarawan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII menyebut banyak penemuan lokasi tambang emas baru mendorong penambang dari luar daerah masuk ke Gorontalo.
“Pada Desember 1728, banyak orang Gorontalo pindah ke daerah perbatasan antara Gorontalo dan Kaidipang untuk melakukan penggalian emas di lereng pegunungan. Berita tentang penemuan emas di daerah tersebut diketahui dari pedagang Cina, Lin Tin Ko, yang kemudian menginformasikannya kepada Kapten Elias van Stade,” ujar Retno Sekarningrum.
Setelah ditemukan emas berkualitas tinggi para penambang menjual emas tersebut pada pedagang Cina seharga tiga belas ringgit untuk 2 keping real emas.
Oleh para pedagang Cina emas tersebut dijual lagi di Manado dengan harga yang lebih mahal, yakni dua belas setengah ringgit untuk 1,5 keping real emas.
Melimpahnya sumber mineral emas kemudian menyebabkan banyak orang Gorontalo juga terlibat dalam pelayaran niaga sampai di Kepulauan Banggai.
Berita tentang penemuan sumber emas di Kaidipang itu ternyata tidak hanya menarik para pedagang Cina, namun juga para pedagang Mandar dan Weda (Halmahera), mereka datang ke Kaidipang untuk membeli lokasi penambangan di sana.
Akan tetapi, hal tersebut ditolak oleh para penambang emas.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR