Trending Selama Debat Cawapres Terkait Panampilan Cak Imin, Bagaimana Kronologi Peristiwa Rengasdengklok?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Seiring dengan penampilan Cak Imin dalam debat cawapres kedua dinilai lebih baik, kata Rengasdengklok trending. Yuk cari tahu kronologi peristiwa Rengasdengklok yang sebenarnya.
Seiring dengan penampilan Cak Imin dalam debat cawapres kedua dinilai lebih baik, kata Rengasdengklok trending. Yuk cari tahu kronologi peristiwa Rengasdengklok yang sebenarnya.

Intisari-Online.com -Ketika debat cawapres berlangsung pada Minggu (21/1) malam kata Rengasdengklok trending di Twitter alias X.

Bagi yang belum tahu Rengasdengklok itu apa, ia merujuk pada sebuah tempat yang digunakan untuk menculik Bung Karno dan Bung Hatta menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945.

BagaimanakronologiPeristiwa Rengasdengklok yang membuat geram Bung Karno itu?

---

"Cak Imin tidak jadi diculik ke Rengasdengklok."

Kira-kira begitu narasi yang beredar di Twitter, terkait penampilan Muhaimin Iskandar dalam debat semalam yang dinilai jauh lebih baik dibanding sebelumnya.

Cak Imin, panggilan Muhaimin, adalah cawapres nomor urut 01 yang berpasangan dengan capres Anies Baswedan.

Pada debat cawapres pertama, penampilan Cak Imin banyak mendapat kritikan, bahkan dari pendukungnya sendiri.

Bahkan ada narasi kocak di Twitter yang bilang begini:

"Semangat juga untuk debat ke-4. Kalau Cak Imin blunder, kami dari golongan pemuda akan menculik Anda ke Rengasdengklok".

Sejak itulah istilah Rengasdengklok ramai diperbincangkan di media sosial tersebut.

Untung, penampilan Cak Imin semalam dinilai jauh lebih bagus dibanding penampilan sebelunya.

Jadi dia "aman dan tidak jadi diculik" ke Rengasdengklok.

Baca Juga: Diawali Dengan Ancaman Kepada Bung Karno, Apa Yang Kamu Ketahui Tentang Perisitwa Rengasdengklok?

Seperti kami singgung di awal, Rengasdengklok mengacu pada sebuah peristiwa penting yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Aktornya adalah golongan muda seperti Wikana dan Chaerul Saleh dan Sukarni dan Aidit dan lain sebagainya.

Peristiwa Rengasdengklok tidak terlepas dari kondisi Jepang dalam perang Asia Pasifik mulai terdesak sekitar akhir tahun 1943.

Saat itu,Jepang yang sedang terjepit berusaha meraih dukungan dari rakyat Indonesia dengan memberikan janji kemerdekaan yang dikenal dengan Janji Koiso.

Janji Kaiso adalah pernyataan yang disampaikan Perdana Menteri Jepang Kuniaku Koiso pada 7 September 1944 dalam sidang istimewa Teikoku Henkai ke-85 di Tokyo.

Namun, saat itu, janji Jepang hanya janji semata.

Soekarno pun marah yang akhirnya membuat Jepang membentuk satu badan yang bertugas mempersiapkan dan merancang berdirinya negara yang merdeka dan berdaulat.

Pada 26 April 1945, badan itu, Dokoritsu Zyumbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus 1945 dibentuk.

Di satu sisi, Jepang terus kalah dari tentara Sekutu.

Puncaknya ketika Amerika Serikat berhasil melakukan pengeboman dua kota di Jepang yakni di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945.

Akibat dari peristiwa pengeboman tersebut, kondisi politik dan ekonomi di Jepang tentu saja melumpuh seketika.

Hal tersebut akhirnya memaksa pihak Jepang menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu pada 14 Agustus 1945.

Baca Juga: Apa yang Diketahui Tentang Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945?

Dengan adanya Jepang menyerah tanpa syarat tersebut juga berpengaruh pada bangsa Indonesia berupa kekosongan kekuasaan (Indonesia sebelumnya dikuasai oleh pihak Jepang).

Berita mengenai kekalahan Jepang terhadap pihak Sekutu akhirnya sampai ke telinga kalangan pemuda bangsa Indonesia di kota Bandung.

Mereka mendengar berita kekalahan tersebut melalui siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation).

Golongan muda itu terdiri atas Wikana, Sukarni, Sayuti Melik, Yusuf Kunto, Iwa Kusuma, Chaerul Saleh, dan Singgih langsung menemui Soekarno dan Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No.56.

Di sana, anak muda menunjuk Sutan Syahrir sebagai perwakilan golongan muda dengan meminta supaya Bung Karno dan Bung Hatta segera melakukan proklamasi kemerdekaan.

Namun, Bung Karno tidak menyetujui ide tersebut.

Dia berpikir bahwa proklamasi Indonesia perlu dibicarakan terlebih dahulu dalam rapat PPKI.

Golongan anak muda yang tengah terbakar semangat kemerdekaan itu akhirnya berdiskusi dengan beberapa anggotanya.

Diskusi tersebut menghasilkan keputusan berupa perlu dilakukannya pengasingan terhadap Soekarno dan Hatta agar terhindar dari segala pengaruh pihak Jepang.

Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.30 dini hari, golongan anak muda bersama salah satu anggota PETA berhasil menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke wilayah Rengasdengklok.

Di Rengasdengklok, Bung Karno dan Bung Hatta dijaga oleh Komandan Kompi PETA yakni Cudanco Subeno.

Di sana, golongan anak muda berusaha meyakinkan Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Sementara itu, di Jakarta terjadi pula diskusi antara golongan muda dan golong tua.

Di golongan tua terdapat beberapa tokoh besar antara lain Ahmad Subardjo dengan beberapa anggota BPUPKI dan PPKI.

Dalam perundingan antara golongan muda dan golongan tua tersebut diperolehlah kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan akan dan harus dilaksanakan di Jakarta.

Akhirnya setelah proses perundingan antara tokoh-tokoh besar tersebut, Bung Karno dan Bung Hatta bersedia untuk menyatakan kemerdekaan setelah kembali ke Jakarta.

Maka setelah perundingan memperoleh hasil yang diinginkan, Yusuf Kunto dari golongan muda mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok.

Kemudian, mereka bersama-sama menjemput Bung Karno dan Bung Hatta untuk kembali ke Jakarta.

Ahmad Soebardjo bahkan telah memberikan jaminan bahwa proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia akan diumumkan pada keesokan harinya yakni pada 17 Agustus 1945.

Pada malam hari di tanggal 16 Agustus 1945, penyusunan naskah proklamasi dilakukan.

Musyawarah tersebut dilakukan di rumah Laksamana Maeda, seorang kepala perwakilan Angkatan Laut Jepang, yang terletak di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta.

Naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno dan telah disepakati kemudian diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik miliknya.

Keesokan harinya, 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dibacakan di tempat kediamanan Bung Karno yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta, tepat pukul 10.00 WIB.

Itulah kronologi peristwia Rengasdengklok yang trending seiring berlangsungnya debat cawapres kedua semalam.

Baca Juga: Peristiwa Penting yang Terjadi Menjelang Proklamasi Kemerdekaan

Artikel Terkait