Intisari-online.com - Portugis adalah salah satu bangsa Eropa yang berusaha menjajah Asia Tenggara pada abad ke-16.
Mereka mengincar kota Malaka, pusat perdagangan dan kebudayaan di kawasan tersebut.
Namun, mereka tidak menduga akan bertemu dengan perlawanan sengit dari kerajaan-kerajaan sekitar, salah satunya adalah Kesultanan Indragiri.
Kesultanan Indragiri memiliki hubungan khusus dengan Kesultanan Malaka, karena pendirinya, Raja Kecik Mambang atau Raja Merlang I, adalah putra mahkota dari Malaka.
Ketika Malaka diserang dan diduduki Portugis pada tahun 1511, Sultan Indragiri IV yang bergelar Narasinga II merasa terpanggil untuk membantu saudaranya.
Dia mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh panglima perang andalannya, Andi Sumpu Muhammad, yang lebih dikenal dengan nama Panglima Jukse Besi.
Panglima Jukse Besi adalah seorang pejuang yang memiliki kesaktian luar biasa.
Dia dikatakan kebal terhadap senjata tajam maupun tembakan.
Bahkan, bulu tangannya saja tidak bisa dicukur dengan pisau.
Dengan keberanian dan kepercayaan diri, Panglima Jukse Besi memimpin pasukan Indragiri untuk menggempur armada Portugis di Selat Malaka.
Dia tidak gentar menghadapi musuh yang lebih banyak dan lebih canggih.
Baca Juga: Inilah 4 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Hindu Budha di Indonesia
Dia menggunakan strategi dan taktik yang cerdik untuk mengelabui dan mengalahkan lawan.
Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika Panglima Jukse Besi berhasil menawan Jenderal Verdicho Marloce, panglima perang Portugis, dengan cara menembus kapalnya dan menyerangnya secara langsung.
Jenderal Verdicho Marloce terkejut melihat Panglima Jukse Besi yang tidak terluka meskipun ditembak berkali-kali.
Dia pun menyerah dan dibawa ke Indragiri sebagai tawanan perang.
Perang melawan Portugis berlangsung selama 20 tahun, dari tahun 1512 hingga 1532.
Selama itu pula, Panglima Jukse Besi tidak pernah kalah atau mundur.
Dia terus berjuang untuk membebaskan Malaka dari cengkeraman Portugis.
Keberaniannya menjadi simbol perlawanan dan kebanggaan bagi rakyat Indragiri dan Malaka.
Panglima Jukse Besi meninggal dunia pada tahun 1532, setelah berhasil mengusir Portugis dari Malaka.
Jenazahnya dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja Indragiri di Desa Kota Lama, Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
Makamnya memiliki panjang 12 meter, yang menunjukkan kebesaran dan kehebatannya sebagai panglima perang.
Hingga kini, nama Panglima Jukse Besi masih dihormati dan diingat sebagai pahlawan yang berjasa bagi bangsa dan negara.
Kisah-kisah tentang kesaktian dan keberaniannya masih diceritakan dari generasi ke generasi.
Panglima Jukse Besi adalah salah satu contoh dari tokoh-tokoh Indonesia yang pantas untuk diteladani.