Intisari-online.com - Angkatan Kelima adalah istilah yang digunakan untuk menyebut gagasan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk mempersenjatai 15 juta buruh tani sebagai unsur pertahanan keamanan Republik Indonesia.
Gagasan ini disampaikan oleh Ketua CC PKI DN Aidit kepada Presiden Soekarno pada 14 Januari 1965, sebelum peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang menewaskan enam jenderal Angkatan Darat.
Latar Belakang
Pada masa Demokrasi Terpimpin, PKI menjadi partai besar di Indonesia setelah meraih suara terbanyak kedua dalam pemilu 1955.
PKI mendukung penuh kebijakan-kebijakan Soekarno, termasuk konfrontasi dengan Malaysia dan anti-imperialisme.
PKI juga memiliki basis massa yang kuat di kalangan buruh dan tani, yang sering melakukan aksi-aksi demonstrasi dan pemogokan untuk menuntut hak-hak mereka.
Pada awal tahun 1965, Soekarno memiliki ide untuk membentuk Angkatan Kelima sebagai bentuk bantuan senjata dari China atau Tiongkok, yang saat itu dipimpin oleh Mao Zedong.
Perdana Menteri China Zhou En Lai menawarkan bantuan sebanyak 100.000 senjata ringan kepada Indonesia dan mendesak agar dibentuk Angkatan Kelima saat berkunjung ke Indonesia pada April 1965.
Usulan DN Aidit
Mendengar ide Soekarno, DN Aidit mengusulkan agar 15 juta buruh tani dipersenjatai sebagai Angkatan Kelima.
Menurut Aidit, buruh tani adalah kelompok rakyat yang paling revolusioner dan paling setia kepada Soekarno.
Aidit juga berpendapat bahwa buruh tani yang dipersenjatai dapat menjadi antisipasi terhadap ancaman dari Malaysia dan imperialisme Barat, serta menasakomisasi angkatan bersenjata yang didominasi oleh Angkatan Darat.
Usulan Aidit ini ditolak oleh sebagian besar jenderal Angkatan Darat, yang merasa terancam oleh rencana PKI.
Baca Juga: Sejarah Operasi Trisula, Ketika TNI Mati-matian Menumpas Sisa-sisa PKI Di Blitar Selatan
Salah satu yang menentang adalah Jenderal Ahmad Yani, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat.
Yani menganggap usulan Aidit sebagai upaya untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno dan mengambil alih kekuasaan.
Yani juga mengkhawatirkan dampak negatif dari persenjataan buruh tani terhadap stabilitas dan keamanan nasional.
Akhir Kisah
Usulan Aidit tidak pernah terealisasi karena terjadinya peristiwa G30S pada 30 September 1965, yang diduga melibatkan PKI.
Dalam peristiwa tersebut, sekelompok perwira Angkatan Darat yang menamakan diri Dewan Revolusi menculik dan membunuh enam jenderal Angkatan Darat, termasuk Ahmad Yani.
Mereka juga mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi sebagai pengganti pemerintahan Soekarno.
Peristiwa G30S memicu reaksi keras dari Angkatan Darat, yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto.
Soeharto mengambil alih kendali militer dan mengklaim bahwa PKI adalah dalang di balik G30S.
Soeharto kemudian melancarkan operasi militer untuk menumpas PKI dan simpatisannya, yang menewaskan ratusan ribu orang.
Soekarno sendiri secara bertahap kehilangan kekuasaan dan akhirnya digantikan oleh Soeharto pada 1967.
DN Aidit menjadi salah satu korban dari operasi militer tersebut.
Baca Juga: Gugur Sebagai Korban PKI, Sosok Ini Ternyata Asisten Intelijen Ahmad Yani
Ia ditembak mati oleh pasukan Angkatan Darat di Yogyakarta pada 22 November 1965, bersama dengan beberapa pimpinan PKI lainnya.
Jenazah Aidit tidak pernah diketahui keberadaannya hingga saat ini. Angkatan Kelima pun menjadi kisah yang terlupakan dalam sejarah Indonesia.